Perupa Nyoman Erawan (51) meladeni tantangan para seniman muda dalam bentuk unjuk kebolehan ”menggeber” kuas. Dalam pameran yang sengaja diberi tajuk ”Erawan Vs Pelukis Sejati”, tanggal 16 Juni-5 Juli 2009 di Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta, itu, Erawan melumuri sekujur mukanya dengan cat.
”Saya tunjukkan bahwa perupa berumur tak kalah dalam menjelajah dunia ekspresi,” tutur Erawan yang menjadi pemenang pertama The Philip Morris Group Companies Indonesia Art Award tahun 1994 itu, Senin (22/6).
Rupanya, Erawan masih gerah setelah sejumlah anak muda menggelar happening art bertajuk ”Mendobrak Hegemoni” pada tahun 2001 di Denpasar, Bali.
Saat itu Erawan dianggap sebagai salah satu agen yang menghegemoni dunia seni rupa di Tanah Air. Waktu itu bahkan batu nisan yang diberi tulisan ”Erawan” dikencingi.
”Mungkin itulah bahasa anak muda. Saya tidak marah, cuma, kan, mungkin ada bahasa yang lebih santun sesuai dengan dunia kesenimanan,” ujarnya.
Itulah sebabnya dia kemudian memutuskan meladeni tantangan para perupa yang tergabung dalam Kelompok Lingkar ini.
”Saya tidak berpretensi menjadi panutan, apalagi guru. Kita sparring saja...,” katanya. Dalam sparring tentu tak ada kalah dan menang, kan? (CAN)