Sunday, May 31, 2009

Blender



A group exhibition of furniture, objects and artworks.

Featuring the works of Helen Gibbins, Sari Harris, Mark Chapman, Fiona Wood, Shane Jones, Nicholas McHugh, Mateja Simenko, Deborah Klein, Macca Smyth, Mark Jackson, Lester Hughes and Diliang Heitong Wang.

29 May-13 June 2009

Gallery hours 10 am-5.30 pm Monday-Friday
11 am - 5 pm Saturday.

Chapman and Bailey
350 Johnston Street
Abbotsford Vic 3067.

Telephone 03 9415 8666.

From top:

The Seven-Plait 2001, Acrylic on 3 canvases, 96 x 50.5 cm overall.
Installation view, Chapman and Bailey

Click on images to enlarge.

Artist's Talk at Zart Art



An Evening with an Artist was a free professional development initiative to provide teachers with an insight into the life of a working artist. The talk took place on Wednesday, 20 May from 5.30-7.30 pm.

Venue:
Zart Art
Zart's Student Gallery
Customer Service Centre
4/41 Lexton Road
Box Hill North
Melbourne, Victoria 3129.

Many thanks to the staff of Zart Art, especially Jan Roker and Tania Di Beradino, for a wonderful evening and for making us feel so welcome.

Click on images to enlarge.

Wednesday, May 27, 2009

Tujuh Bintang Art Award 2009

Tunggu apalagi…
Kirimkan karya terbaik Anda sekarang juga!
Tujuh Bintang Art Space masih menunggu partisipasi Anda para perupa muda Indonesia dalam Tujuh Bintang Art Award 2009. Proposal karya (keterangan lengkap lihat Kriteria Seleksi) dikirimkan ke Panitia Tujuh Bintang Art Award 2009, d/a Tujuh Bintang Art Space Jl. Sukonandi 7 Yogyakarta 55166, Telp. (0274) 545577.

Kami tunggu proposal Anda hingga hari Sabtu, 4 Juli 2009, pukul 21.00 WIB (bukan cap pos).

Salam Budaya,
Panitia Tujuh Bintang Art Award 2009


Tujuh Bintang Art Award 2009
‘THE DREAM’
[The Power of Dream]

Hidup tanpa impian tak layak untuk dijalani. [Plato]

Prolog
Inspirasi terbesar bagi seorang genius adalah letupan-letupan mimpi yang sanggup merubah dunia. Bagaimana seseorang bertahan dan melangsungkan visi hidup tanpa bertumpu pada kekuatan impian? Bagaimana impian-impian mampu menciptakan-membangun sebuah ilmu pengetahuan yang melampaui batas kapasitas logika. Dasar sederhananya, kekuatan impian membentuk kuatnya karakteristik pribadi mengada, survival, dihargai, bermartabat karena impian menuntun sekaligus membentuk perspektif berpikir manusia visioner dan berkarakter.

Nah, berpijak atas dasar inilah tema ‘THE DREAM’ The Power of Dream di usung sebagai tema yang membingkai penyelenggaraan Tujuh Bintang Art Award 2009 yang diharapkan dapat memicu berbagai perspektif para perupa muda Indonesia dalam menggali sekaligus menjumput inspirasi atas impian yang selama ini menggelisahkan ruang-ruang virtual kita hari ini.

Tujuh Bintang Art Award 2009 merupakan paket program yang didedikasikan pada bagian penting perjalanan dan perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia sebagai bentuk apresiasi terhadap pemikiran dan karya terbaik perupa muda Indonesia yang telah mendedikasikan segenap kehidupan kreatifnya untuk melahirkan karya terbaiknya.

Penghargaan ini disampaikan sebagai bentuk kelekatan relationship yang harmonis antara pihak penyelenggara dengan para perupa muda Indonesia atas dasar pada kwalifikasi karya yang diajukan. Tujuh Bintang Art Award 2009 ini semata-mata bentuk penghargaan yang menandai sebuah pencapaian puncak prestasi para perupa muda dalam proses seleksi ketat yang dilakukan tim juri yang terdiri dari kurator, penulis kritik seni rupa dan pengamat budaya.

Teknis
Tujuh Bintang Art Space mengajak para perupa untuk berpartisipasi merespon tema ‘THE DREAM’ The Power of Dream. Bagaimana kita memaknai kekuatan impian yang membuka berbagai peluang dan kemungkinannya. Para perupa muda diharapkan masih memiliki komitmen dan artikulasi yang beragam sesuai riuhnya globalisasi yang tak bisa disangkal turut memberi pengaruh pada pola pikir, penyikapan, gaya hidup bahkan kepribadian personal.

Hasil dari kompetisi seni visual terbuka ini akan dijaring karya-karya [dengan media bebas] yang akan dipamerkan di Tujuh Bintang Art Space pada 15-30 Agustus 2009. Kompetisi ini juga bertujuan untuk mendapatkan perupa-perupa berbakat dengan mengedepankan kualitas karya melalui penyikapan terhadap sebuah kekuatan impian yang secara nyata memberikan spirit hidup masyarakat dunia.

Kriteria Seleksi
1. Kompetisi bersifat terbuka, berskala nasional.
2. Usia maksimal 35 tahun.
3. Peserta perorangan atau kelompok.
4. Jenis dan media berkarya bebas.
5. Karya harus asli, didasarkan pada ide yang orisinal, tidak sedang diikutkan dalam kompetisi yang lain dan bersedia untuk dijual.
6. Ukuran untuk karya 2 dimensi maksimal (P x L) 300cm x 300cm.
7. Ukuran untuk karya 3 dimensi maksimal (P x L x T) 100cm x 100cm x 200 cm.
8. Sedangkan seni instalasi/multimedia menyesuaikan.
9. Selain artistik juga berkait secara integral dengan relevansi tema yang ditawarkan atau berbasis pada kesadaran kreatif dan kecermatan perupa merayakan kekuatan impian pada karya-karyanya.
10. Wajib menyertakan foto karya yang diikutkan pada seleksi tahap pertama, dengan ukuran 10R-glosy, dikirim bersama dengan konsep karya, biodata & foto perupa serta informasi detail karya, diketik rapi. CV 3 tahun terakhir dalam Microsoft Word / Notepad file format.
11. Foto karya 2D/ 3D/ Installation (format cetak dan CD/ JPEG format, 300 DPI, 3000 pixel), lampirkan nama seniman, judul karya, media, dan tahun. Pada setiap foto tulis nama dan nomor file (01, 02, 03, dst). Sebagai contoh : Indra Ideatama 01.jpeg, Indra Ideatama 02.jpeg, dst.
12. Khusus untuk karya 3 dimensi, harap memberikan foto detail karya.
13. Karya video : Format Data AVI-PAL (720 x 576), rancangan display, kopikan dalam CD/ DVD. Gunakan label/ caption di bagian cover dengan nama seniman, judul, durasi, dan tahun.
14. Khusus untuk karya multimedia, harap menyertakan berkas karya pendukung, misal CD interaktif dan sebagainya.
15. Panitia tidak menerima kiriman foto karya dan sebagainya melalui surat elektronik (email).

Proses Seleksi
1. Tahap pertama (Seleksi Tertutup)
Seleksi Portofolio pada 5 Juli 2009
Dengan materi seleksi porto folio / foto karya; sehingga sangat diharapkan foto karya diterima oleh panitia paling lambat tanggal 4 Juli 2009, pukul 21.00 WIB [bukan cap pos]. Akan dipilih 50 nominator dan kemudian diputuskan 20 nominator yang berkewajiban melakukan presentasi karya.
2. Tahap kedua (Seleksi Terbuka)
Dilaksanakan tanggal 10 Juli 2009.
50 nominator mengirim karya secara langsung ke Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta dan 20 nominator terpilih wajib mengikuti presentasi karya secara terbuka (berkewajiban memenuhi undangan presentasi dari Tim Dewan Juri)Tujuh Bintang Art Space menyediakan akomodasi untuk peserta luar kota.

Setiap karya yang masuk dalam pameran adalah yang berhasil melalui 2 tahap penjurian.

Dewan Juri
1. Suwarno Wisetrotomo (Kurator, Penulis Kritik Seni Rupa dan Dosen Prog. Pascasarjana ISI Yogyakarta)
2. Kuss Indarto (Kurator Independen)
3. Mikke Susanto (Staf Pengajar FSR ISI Yogyakarta & Kurator Independen)
4. Sujud Dartanto (Kurator Independen)
5. Rusnoto Susanto (Kurator Independen, Dosen Luar Biasa FBS Seni Rupa UNJ dan Mahasiswa Prog. Pascasarjana ISI Yogyakarta)

Penghargaan
1. Sekitar 50 karya terpilih akan dipamerkan dalam pameran seni visual ‘THE DREAM’ pada 15-30 Agustus 2009 di Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta dan Museum Affandi Yogyakarta.
2. Dewan juri akan menetapkan 5 besar karya terbaik dan akan mendapatkan penghargaan berupa uang masing-masing Rp. 5.000.000,00, Tropi serta sertifikat Tujuh Bintang Art Award 2009.
3. Pengumuman 50 nominator pada tanggal 15 Juli 2009 akan diumumkan baik secara personal maupun melalui situs kami.
4. Seniman pemenang kompetisi akan dijadwalkan ikut serta dalam pameran Tujuh Bintang Art Space di masa mendatang.
5. Keputusan dewan juri adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Hal-hal lain yang belum jelas dapat ditanyakan ke Panitia Tujuh Bintang Art Award 2009, Jogjakarta.
Terima Kasih
Tujuh Bintang Art Space
Jl. Sukonandi 7 Yogyakarta 55166

More Info :
Telepon :
Tubi 0274 545577
Eko 081 391 634 777
Lenny 0818 027 11 777
Hanif ZR 0815 785 22 303
Rusnoto 0815 861 85 965

Email : info@tujuhbintang.com

Website :
tujuhbintang.com
blog.tujuhbintang.com

Yahoo Messenger : tubi_artspace
Skype : mamas_eko

Facebook : tujuh bintang / eko@tujuhbintang.com

Formulir bisa didownload di :
Tujuhbintang - form_the_dream.pdf
atau
Ziddu - Formulir The Dream.pdf

Tuesday, May 26, 2009

Pameran Lukisan Nostalgilla

Kamis, 28 Mei 2009 15:45
Kegelisahan Perupa atas Perubahan dalam Masyarakat Urban

OLEH: YUYUK SUGARMAN

Yogyakarta - Ketika melihat lalat hijau, apalagi bila lalat tersebut menempel di makanan, kebanyakan dari kita merasa jijik. Dalam benak kita, makhluk yang mengeluarkan bunyi mendengung ini, sering hinggap di kotoran kuda, sapi, manusia, bahkan di bangkai seekor tikus mati.

Bayangkan, jika lalat hijau tersebut hinggal di makanan yang akan kita santap. Wow. Namun di tangan Kadek Agus Mediana, lewat imajinasinya yang liar, binatang yang menjijikkan dengan warna merah di kepalanya tersebut, menjadi sebuah lukisan yang artistik dan menjadi media untuk menyoroti perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Lihat saja pada lukisan yang berjudul “Hiegenis” di atas kanvas berukuran 130 cm X 110 cm. Perupa asal Bali yang tengah menyelesaikan kuliahnya di ISI Yogyakarta melukis beberapa ekor lalat hijau yang sudah dikemas dalam sebuah wadah sterofoam dan dibungkus dalam plastik transparan. 

Tak hanya itu. Perupa yang juga menjadi finalis pada Jakarta Art Award 2008 ini juga menyajikan lukisan yang masih dengan objek lalat hijau dengan judul “Di sisi manisnya Cerry”. Dalam lukisannya itu, Kadek memperlihatkan sebuah cerry yang tinggal separuh yang tengah ditinggalkan seekor lalat hijau. 

Dua lukisan Kadek ini kini tengah dipamerkan di Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta, dari 16 Mei hingga 7 Juni mendatang, dengan tajuk “Nostalgilla”. 

Selain Kadek, pameran ini juga menghadirkan–di antaranya lukisan AT Sitompul, SH Joko Atmaja, Pande Nyoman Alit dan lain sebagainya, yang tergabung dalam kelompok Nostalgia. Menurut Netok Sawiji, kurator pada pameran ini, Kadek mencoba mengungkapkan (memindai) persoalan masyarakat urban dalam kemasan steril (Higienis). 

Kecemasan
Pemindaian semacam ini juga bisa ditengok pada lukisan “Di sisi manisnya Cerry”. Cupruk (begitu Kadek sering dipanggil) melihat ada sebuah perubahan yang signifikan di kalangan masyarakat urban.

Kecemasan Cupruk, lanjut Netok, merupakan kesadaran umum yang mengemuka ketika para gadis (utamanya yang hidup di daerah urban) memasuki dunia kerja. 

Entah mereka itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga, SPG, ataupun karyawan di sebuah perusahaan. “Di sini Cupruk melihat, selalu saja menjadi pribadi yang berbeda, terbungkus dengan lipstik kota yang terkesan bening dan menawan, namun tak sedikit yang menutupi kebusukannya dengan bungkus yang seolah-olah higienis,” kata Netok.

Kegelisahan serupa juga muncul dalam diri SH Joko Atmaja. Hal ini bisa terlihat pada lukisannya “Menara Tumbal”. Lewat guratan cat itu Joko mencoba menggambarkan kegalauannya dengan kepulan asap hitam, langit kemerahan, figur badut, penggalan kepala, serta bangunan-bangunan pabrik.

Netok melihat, di sini Joko mengungkapkan kepanikan penduduk bumi atas pemanasan global yang merupakan akibat dari perilakunya sendiri ketika dengan ugal-ugalan mengeksplorasi alam demi sebuah obsesi tanpa berorientasi pada lingkungan yang butuh keseimbangan. 

“Dalam Menara Tumbal ini Joko ingin membagi kesadaran, ketika manusia membangun mimpi layaknya menara sebagai puncak pencapaian kejayaan, sejatinya ia menawarkan tumbal bagi impiannya,” kata Netok. 

Begitulah lukisan-lukisan yang terlihat dalam sebuah pameran yang digelar oleh kelompok Nostalgia-Sebuah wadah yang mempertemukan para seniman untuk mengenang kembali masa lalu.

Moth Mask linocuts, May 2009










From top:

Agathia pisina Moth Mask
Amerila alberti Moth Mask
Argyrolepidia aequalis Moth Mask
Bracca ribbei Moth Mask
Dysphania numana Moth Mask
Birthana cleis Moth Mask
Oenisitis altica Moth Mask
Phaos aglaophara Moth Mask
Thalaina kimba Moth Mask

All works 2009, hand coloured linocuts, 15 x 15 cm

Monday, May 25, 2009

Wednesday, May 20, 2009

Estetika Lalat


Ketika Lalat Menjadi Obyek EstetikaEstetika biasanya mengum bar keindahan yang me nyegarkan. Tapi Kadek Agus Mediana justru me nyajikan estetika jenis lain dengan mengumbar rasa jijik pada pameran bertajuk “Nostalgilla” di Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta, 16 Mei-7 Juni 2009. Materi pameran adalah hasil ekspresi kegilaan dalam proses kreatif.

Dalam pameran bersama kelompok Nostalgia, Kadek, 21 tahun, menggunakan subject matter lalat hijau. Binatang yang akrab dengan benda menjijikkan itu dipilih Kadek untuk mengungkap persoalan pribadinya yang selalu bergelut dengan bau busuk kaki. “Sejak dulu saya selalu bersama dengan bau busuk kaki saya,” kata mahasiswa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, angkatan 2006 itu.


Lalat hijau sebagai obyek lukisan ditemukan oleh Kadek secara tak sengaja. Pada kolam kering di belakang kamar kosnya, Kadek melihat bangkai bebek yang dirubung ratusan lalat hijau. “Pikiran jelek saya muncul. Jangan-jangan lalat hijau itu juga akan mengincar kaki saya yang selalu menebar aroma busuk ini,” katanya.

Ketakutan itu menghasilkan citraan lalat hijau di atas kanvas. Puluhan lalat hijau dikemas dalam wadah bertutup plastik transparan dalam karyanya yang berjudul Higienis. Pada karya itu, lalat hijau dianggap sebagai representasi kaum urban yang harus mengubah penampilan agar bisa diterima dalam bursa tenaga kerja di perkotaan.

“Penampilan itu sebenarnya hanya sebatas bungkus untuk menu tupi jati dirinya,” kata Kadek.
Sosok lalat hijau kembali muncul pada karya berjudul Di Sisi Manisnya Cherry. Seekor lalat hijau dengan lahap menikmati kue tar berhiaskan buah cherry yang menggiurkan.


Lelaki kelahiran Gianyar, Bali, itu seolah memperingatkan kita tentang adanya sesuatu yang busuk di antara sesuatu yang manis dan lezat.


Sementara itu, perupa I Made Adinata Mahendra, 29 tahun, memilih tabung gas dan batu baterai sebagai obyek utama lukisannya.


Mahendra mencoba membedah dua benda pemasok energi itu melalui lukisan bergaya realis. Pada lukisan berjudul Bio Energi yang terdiri atas empat panel, Mahendra membuat beberapa irisan pada batu baterai. Bagian dalam batu baterai itu bukanlah arang, melainkan daging ikan yang segar dan menggiurkan.


Demikian juga tabung gas hijau ukuran 3 kilogram yang sangat dekat dengan rakyat kecil pascakebijakan konversi minyak tanah.


Pada lukisan berjudul Diagnosa Energi Hijau, bukan gas yang ada dalam tabung berwarna hijau itu, melainkan gumpalan daging ikan segar yang menggoda selera. Dengan idiom batu baterai merek ABC dan tabung gas ukuran 3 ki logram itu, tampaknya Mahendra berusaha mendiagnosis kebijakan pemerintah dalam mengelola energi untuk kebutuhan rakyat. “Bagaimana mungkin kita bicara soal konversi minyak tanah ke gas, kalau banyak anak-anak kekurangan gizi,” ujar lulusan ISI Yogyakarta tahun 2007 itu.

Karya dua perupa tersebut mewakili kegilaan proses kreatif para perupa yang tergabung dalam kelompok Nostalgia. “Kegilaan ini tampaknya disengaja untuk menepis kesan sinis rekan-rekan di luar komunitas Nostalgia,” tulis Rusnoto Susanto, kurator pameran, dalam katalog pameran. qHERU CN



Saturday, May 16, 2009

NostalGilla Art Exhibition


Mereka memang benar-benar “Gila”..!

Lho, mereka siapa?

Ya mereka-mereka itu, orang-orang di kelompok Nostalgia.


Mungkin, jika ada percakapan antar para penikmat seni, kira-kira ungkapan seperti yang tertulis diatas itulah yang akan muncul untuk menggambarkan kehebatan kelompok nostalgia. Benar-benar “Gila”, ya bisa dikatakan begitu, kelompok ini memang tergolong gila, selain karena karya-karya luar biasa yang mereka suguhkan dalam pameran kali ini, juga karena kenekatan mereka dalam persiapan pameran ini, waktu yang singkat untuk persiapan materi sungguh bukan halangan yang berarti bagi AT. Sitompul, Kadek Agus Mediana / Cupruk, Afdhal, SH. Joko Atmaja, I Made Adinata Mahendra/ Benot, Rendra C.O, Mirza Al Rasyid, I Gusti Ngurah Arya Udianata/ Rahman, dan Pande Nyoman Alit/Dj, para personil kelompok nostalgia ini. Buktinya, dengan waktu yang singkat itu dinding-dinding ruang pamer, dijejali oleh karya-karya terbaik mereka.


Itulah kenapa pameran kali ini bertajuk “Nostalgilla”,, yah, selain karena sedikit alasan diatas, Nostalgilla bisa juga diartikan “Kelompok Nostalgia yang hadir dengan kegilaannya”, tentunya gila yang positif, gila yang asyik, dan gila yang cerdas. Dengan tetap menghadirkan ciri khas individu para personilnya, tapi tidak melupakan kesolidan kelompoknya, karya-karya dalam pameran kali ini tentu akan sangat menarik untuk dinikmati.


Semoga kegilaan yang mereka tampilkan, akan menjadi awal lahirnya lebih banyak lagi karya-karya luar biasa mereka dimasa datang, yang mampu memperkaya kazanah kesenian di negeri tercinta ini.


Selamat berpameran, monggo…

Salam budaya,

Saptoadi Nugroho

Tujuh Bintang Art Space, Mei 2009
Ping your blog, website, or RSS feed for Free
My Ping in TotalPing.com
Feedage Grade B rated
Preview on Feedage: cheap-canvas-art Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki