cheap canvas art,cheap canvas art,cheap canvas art prints,cheap canvas art for sale,cheap canvas art supplies,cheap canvas art online,cheap canvas art sets,cheap canvas art uk,cheap canvas art australia,cheap canvas art canada,cheap canvas art brisbane
Monday, June 29, 2009
BOOT SCOOTIN
BOOT SCOOTIN
Friday, June 26, 2009
More Moth Masks
From Top:
Thalaina macfarlandi Moth Mask
Synechodes coniophora Moth Mask
Scoliacma bioclora Moth Mask
Saptha libanota Moth Mask
Digama marmorea Moth Mask
Cyana mericki Moth Mask
Asota heliocnia Moth Mask
All works 2009, hand coloured linocuts, 15 x 15 cm
Wednesday, June 24, 2009
Nyoman Erawan Meladeni Perupa Muda
Perupa Nyoman Erawan (51) meladeni tantangan para seniman muda dalam bentuk unjuk kebolehan ”menggeber” kuas. Dalam pameran yang sengaja diberi tajuk ”Erawan Vs Pelukis Sejati”, tanggal 16 Juni-5 Juli 2009 di Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta, itu, Erawan melumuri sekujur mukanya dengan cat.
”Saya tunjukkan bahwa perupa berumur tak kalah dalam menjelajah dunia ekspresi,” tutur Erawan yang menjadi pemenang pertama The Philip Morris Group Companies Indonesia Art Award tahun 1994 itu, Senin (22/6).
Rupanya, Erawan masih gerah setelah sejumlah anak muda menggelar happening art bertajuk ”Mendobrak Hegemoni” pada tahun 2001 di Denpasar, Bali.
Saat itu Erawan dianggap sebagai salah satu agen yang menghegemoni dunia seni rupa di Tanah Air. Waktu itu bahkan batu nisan yang diberi tulisan ”Erawan” dikencingi.
”Mungkin itulah bahasa anak muda. Saya tidak marah, cuma, kan, mungkin ada bahasa yang lebih santun sesuai dengan dunia kesenimanan,” ujarnya.
Itulah sebabnya dia kemudian memutuskan meladeni tantangan para perupa yang tergabung dalam Kelompok Lingkar ini.
”Saya tidak berpretensi menjadi panutan, apalagi guru. Kita sparring saja...,” katanya. Dalam sparring tentu tak ada kalah dan menang, kan? (CAN)
Monday, June 22, 2009
Pertarungan Pelukis Bali Merebut Perhatian Publik
Pameran di Galeri Tujuh Bintang
Pertarungan Pelukis Bali Merebut Perhatian Publik
OLEH: YUYUK SUGARMAN
Yogyakarta - Godaan, tantangan, dan gangguan terhadap seniman di Bali banyak mengadang. Selain jumlah seniman makin lama bertambah, jika si seniman salah menentukan posisi “ideologi” seni, dia akan dicap sebagai seniman kodian atau “seniman jalanan”.
“Jika si perupa tidak kuat menopang biaya hidup yang tinggi, bukan tidak mungkin ia akan lari ke pasar wisata dan turisme yang secara otomatis citranya sebagai seniman “bersejarah” turun drastis,” tegas Mike Susanto, pengamat seni yang juga dosen di ISI Yogya.
Selain pasar, Mike juga melihat para seniman Bali ini tak bisa lepas begitu saja dengan adat-istiadat atau tradisi religi yang sangat kental dan hampir selalu berlangsung setiap hari. Jelas, mau tak mau, ini juga akan mengganggu aktivitas mereka sebagai perupa profesional.
Karenanya, lanjut Mike, tak salah jika lantas kita menyebut Bali sebagai sebuah “komunitas”, contoh yang menarik. “Di tengah gegap gempita dan turun-naiknya pasar, Bali merupakan sebuah tempat yang sangat menggoda sekaligus “menyakitkan” bagi sebagian perupa profesional dan perupa pemula,” tambah Mike.Dari berbagai alasan tersebut, Tujuh Bintang Art Space bersama Mike Susanto yang bertindak sebagai kurator menyelenggarakan sebuah pameran dengan menghadirkan sejumlah seniman asal Bali. Pameran ini berlangsung 16 Juni-5 Juli mendatang.
Para seniman Bali yang dihadirkan ini adalah Nyoman Erawan, lulusan ISI Yogya 1987. Sosok yang diposisikan sebagai bagian dari Gelombang Akademis “Modernis” Bali kedua. Erawan juga dianggap sosok yang menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Ia juga sering mengatakan bahwa dirinya berada dalam dua wilayah yang kontradiktif, sekaligus dinamis.
Nah, Erawan ini lantas dihadapkan dengan seka demen atau “kelompok bermain” yang beranggotakan enam orang perupa. Mereka adalah Wayan Sudarna Putra (Nano), Wayan Wirawan (Yancut), Gede Suanda (Sayur), Dewa Jodi Saputra (Jo), Putu Suardana (Vije), dan Kadek Suadnyana (Pektif). Kewnam orang itu adalah sarjana dan alumni ISI Yogyakarta tahun 2000-an.
“Mereka kami hadapkan atau katakanlah kami pertandingkan dengan Erawan dalam pameran ini. Tujuannya, untuk melihat dan mengetahui sejauh mana perjuangan mereka merebut perhatian publik, minimal publik di Bali dan di Yogya,” ujar Mike ketika berbincang-bincang dengan SH, Sabtu (20/6) .
Dalam pameran yang berlangsung di Tujuh Bintang Art Space ini, Erawan menampilkan beberapa karya, di antaranya “Api, Depresi, dan Batu II, IV, dan V” (lukisan yang dibuat tahun 2009) serta sebuah karya instalasi berjudul “Api, Refleksi dan Menu” (2009).
Dalam penilaian Mike, karya Erawan ini adalah wujud dari persoalan-persoalan yang selama ini membentur pemikiran-pemikirannya. Cipratan pada wajahnya sendiri mengasosiasi bahwa Erawan berada pada situasi yang tegang, bertubrukan, dan chaos. Wajahnya adalah ekspresi sebentuk perlawanan dan cara bertahan baginya. “Inilah pralaya atau kehancuran baru Erawan. Pralaya yang menerpa dirinya juga menerpa seniman-seniman di Bali,” tutur Mike.
Perlawanan
Sementara itu, salah satu perupa dari “kelompok bermain”, Dewa Jodi Saputra atau Jo menampilkan isu budaya popular dengan memakai popcorn (jagung berondong) sebagai metafora dalam karya-karyanya. Popcorn dianggap sangat cocok menggambarkan situasi saat ini. “Inilah dunia pop, cepat membesar dan meledak, setelah itu hancur, kembali diam dan basi,” tutur Mike.
Melihat karya-karya dari “kelompok bermain” ini, Mike menilai, meski karya-karya mereka secara teknis masih perlu ditingkatkan, hal ini sebagai sebuah upaya untuk melakukan perlawanan individu terhadap situasi seni rupa Bali yang menurut mereka berjalan di tempat.
Terlepas dari itu semua, Mike dengan tegas mengatakan, semua partisipan pameran ini disatukan oleh kegelisahan bersama untuk tidak menghadirkan karya secara konvensional.
Mereka masih membuat karya-karya eksperimentatif. Mereka masih mengolah kejadian dan fenomena kontemporer. “Mereka tidak menutup diri dan malu untuk bekerja serta bersosialisasi dengan siapa pun. Tiap hari mereka telah bertarung,” ungkap Mike.
Friday, June 19, 2009
New Acquisitions From the Deakin University Art Collection
Above (left to right): Louise Rippert, Terry Matassoni, Neil Taylor, Song Ling, Mrs. Caroline Searby (who opened the exhibition) Judy Holding, Heather Shimmen, Deborah Klein, Karen Casey and Godwin Bradbeer. Click on image to enlarge.
This exhibition presents artworks acquired by Deakin University through the Cultural Gifts Program, exhibitions and purchases from 2007 to the present. Artists represented include Margaret Ackland, Jean Baptiste Apuatimi, Godwin Bradbeer, William Breen, GW Bot, Janangoo Butcher Cherel, Byron Edwards, Michael Fitzjames, Gawirrin Gumama, Deborah Halpern, Judy Holding, Deborah Klein, Song Ling, Terry Matassoni, Lofty Bardayal Nadjamerrek, Dorothy Napangardi, Lena Nyadbi, Kathleen Patyarre, Louise Rippert, Lisa Roet, John Ryrie, Heather Shimmen, Gemma Smith, Neil Taylor, Thornton Walker, Liyawaday Wirrpanda, Deborah Walker, Judy Napangardi Watson, Regina Wilson and Gulumbu Yunupingu.
Exhibition dates: Wednesday 3 June - Saturday 11 July 2009.
Wednesday, June 17, 2009
Pembukaan Erawan vs "Pelukis Sejati"
Acara dimeriahkan live music oleh Deliciouz Band dan dipandu duet heboh Hadi Soes, SE dan Emi KDI. Kolaborasi Top Fourty Band dengan seniman dangdut menjadikan kemeriahannya terasa beda.
Apalagi ketika pintu galeri sudah dibuka, kedahsyatan karya-karya perupa yang terpampang sangat memukau. Sehingga pengunjung harus bergantian dan berdesakan di ruang galeri yang mendadak menjadi sangat sempit.
Bagaimana kehebatan karya-karya yang dipertarungkan antara perupa muda dengan seniornya..?
Tuesday, June 16, 2009
Saturday, June 13, 2009
Display Erawan vs Pelukis Sejati
Display karya VJ memang tidak sesulit memajang karya Yancut. Tapi jumlahnya yang mencapai puluhan memerlukan ketekunan tersendiri. Belum lagi karya sang maestro, Nyoman Erawan yang begitu dahsyat.
Wednesday, June 10, 2009
Pameran Erawan vs Pelukis “Sejati”
Pameran ini akan berlangsung dari tanggal 16 Juni – 5 Juli dari pukul 10.00 – 200 WIB. Pameran akan menampilkan hasil karya dari enam pelukis bali untuk memperebutkan simpati pengunjung. lukisan yang paling banyak mendapat perhatian publik akan membawa pelukisnya keluar sebagai yang terbaik dalam kegiatan ini.
Monday, June 8, 2009
Erawan vs Pelukis "Sejati"
vs
PELUKIS “SEJATI”
-------------------------------------------------------------------------------------------------
I Wayan Wirawan (Yancut) – I Wayan Sudarna Putra (Nano)
I Dewa Gede Jodi Saputra (Jodi) – I Kadek Suadnyana (Peptiv)
I Gede Suanda (Sayur) – I Putu Suardana (VJ)
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Kurator : Mikke Susanto
Pembukaan : Selasa, 16 Juni 2009 pukul 19:30
Tempat : Tujuh Bintang Art Space
Jl. Sukonandi 7 Yogyakarta 55166
Musik : Deliciouz Band
Pameran : Tanggal 16 Juni – 5 Juli 2009 pukul 10:00 – 20:00 WIB
----------------------------------------------------------------------------------------
Pameran ini tidak sedang memparodikan kisah sejarah yang pernah dilakukan oleh para pelukis era pasca Perang Dunia I, sekitar Januari 1920. Ketika sejumlah pelukis ternama, seperti Pablo Picasso, Amedeo Modigiani, Soutine dan lain-lain diundang oleh seorang art dealer untuk melakukan pertarungan melukis dalam ruang dan waktu yang bersamaan, hanya untuk merebut gelar pelukis “master” di Eropa. Pameran ini lebih berorientasi melihat sejauh mana perbandingan situasi dan kemampuan diri tanpa harus melakukan pertarungan secara langsung.
Erawan dan Pelukis “Sejati” dipertandingkan dalam pameran ini bertujuan untuk melihat dan mengetahui sejauh mana perjuangan mereka merebut perhatian publik, minimal publik di Bali dan (sekarang) di Yogyakarta. Pertarungan ini bukanlah main-main. Dalam persiapan pameran ini masing-masing berupaya tampil maksimal dan dengan kepercayaan diri yang kuat, mereka ingin merebut perhatian publik Jogja, sebuah kota yang juga penuh persaingan dan pertarungan.
Berbagai perbedaan, persamaan, kekurangan, kelebihan; berbagai ragam cara berpikir, jalan hidup, dan latar belakang yang mereka miliki menghaturkan cerita dan akibat yang berbeda serta menarik untuk disuguhkan dalam ruang dan waktu yang bersamaan. Dan siapa diantara mereka yang sesungguh-sunguhnya dianggap sebagai pelukis sejati?
Tujuh Bintang Art Space, Juni 2009
More info :
Email : info@tujuhbintang.com
Website : http://www.tujuhbintang.com/
Blog : http://blog.tujuhbintang.com/
Partisipasi anda dalam Tujuh Bintang Art Award 2009 kami tunggu...!!!
Info : http://www.tujuhbintang.com/ atau http://blog.tujuhbintang.com/
Undangan Erawan vs Pelukis Sejati
UNDANGAN
Tujuh Bintang Art Space
Mengundang anda untuk hadir pada
Acara Pembukaan Pameran Seni Kontemporer
ERAWAN
vs
PELUKIS “SEJATI”
Selasa 16 Juni 2009, pukul 19:30 WIB
Perupa :
I Wayan Wirawan (Yancut) – I Wayan Sudarna Putra (Nano)
I Dewa Gede Jodi Saputra (Jodi) – I Kadek Suadnyana (Peptiv)
I Gede Suanda (Sayur) – I Putu Suardana (VJ)
Kurator :
Mikke Susanto
Musik :
Deliciouz Band
Pameran :
16 Juni – 5 Juli 2009
Info :
Tujuh Bintang Art Space
Jl Sukonandi No. 7-Yogyakarta 55166, Indonesia
Tlp +62 274 545577 Fax +62 274 583377
email: info@tujuhbintang.com
website:
http://www.tujuhbintang.com/
blog.tujuhbintang.com