Kompas Cetak | Kamis, 13 Agustus 2009 | 13:16 WIB
Yogyakarta, Kompas - Galeri Seni Tujuh Bintang Art Space akan memberi penghargaan pada lima perupa muda Indonesia. Selain sebagai pemetaan, penghargaan Tujuh Bintang Art Awards 2009 ini juga dimaksudkan mengasah intelektualitas para perupa muda.
Salah seorang juri, Netok Sawiji Rusnoto Susanto, mengatakan saat ini kurangnya intelektualitas menjadi salah satu permasalahan seni rupa di Indonesia. ”Banyak perupa tidak paham bahwa untuk menyampaikan gagasan dalam karya mereka, mereka butuh intelektualitas dan juga kepandaian emosi. Bukan waton,” ujarnya di Yogyakarta, Rabu (12/8).
Apalagi, kata dosen luar biasa seni rupa di Universitas Negeri Jakarta tersebut, ada indikasi para perupa saat ini punya kecenderungan masuk ke wilayah wacana dan seni kontemporer. Tanpa diolah dengan intelektualitas, gagasan di ranah wacana ini akan sulit disampaikan kepada publik.
Untuk menguji intelektualitas mereka, selain mengajukan karya, para peserta kompetisi bertajuk ”The Dream” itu juga diminta merepresentasikan gagasan di balik karyanya. Kompetisi tersebut diikuti sebanyak 623 perupa, dengan 1.508 karya. Selain dari Yogyakarta dan Bali, peserta juga datang dari seluruh daerah di Indonesia.
Menurut pemilik Tujuh Bintang Art Space, Sapto Adi Nugroho, sebanyak 59 karya yang berhasil masuk final akan dipamerkan di Jogja National Museum, 15-30 Agustus. Lima pemenang akan diumumkan tepat pada malam pembukaan, yang menurut rencana akan dihadiri istri Gubernur DI Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
Salah seorang peserta, Made Wiguna Valasara mengatakan, kompetisi ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas karya para perupa muda. ”Kompetisi untuk perupa saat ini semakin sangat jarang. Berbeda dengan dulu waktu tahun 2000-an,” tuturnya.
Dalam kompetisi ini, Made menyertakan karyanya berjudul Menyudut. Lewat karya dua dimensi yang terbuat dari akrilik dan rotan di atas kanvas ini, Made berusaha mengungkapkan mimpinya tentang bumi yang lestari. (IRE)