PERS RELEASE
Kurator : Wicaksono Adi
Pembukaan : Minggu, 18 Oktober 2009 pukul 19:30
Tempat : Tujuh Bintang Art Space
Jl. Sukonandi 7 Yogyakarta 55166
Musik : Hadi Soesanto, SE
Pameran : Tanggal 18 - 31 Oktober 2009 - pukul 10:00 – 20:00 WIB
---------------------------------------------------------------------
Pembukaan : Minggu, 18 Oktober 2009 pukul 19:30
Tempat : Tujuh Bintang Art Space
Jl. Sukonandi 7 Yogyakarta 55166
Musik : Hadi Soesanto, SE
Pameran : Tanggal 18 - 31 Oktober 2009 - pukul 10:00 – 20:00 WIB
---------------------------------------------------------------------
Karya-karya Bambang Darto lebih dekat sebagai bentuk permainan visual terbatas dari karya-karya yang telah menjadi klasik. Dan publik mungkin tidak akan tahu dan tidak mengenali bahwa salah satu objek dalam lukisan Bambang Darto adalah sosok si pelukisnya. Bahkan orang akan menyangka bahwa karya-karya itu merupakan duplikat atau semacam reproduksi yang prima, dengan perubahan di sana-sini, dari karya-karya klasik tersebut. Jika dulu orang percaya pada otentisitas dan orisinalitas karya seni sebagai buah cipta seorang genius, kini Bambang Darto justru melanggar anggapan semacam itu. Dan cara yang ia lakukan tidak dengan merusak atau mengacak-acak karya-karya klasik yang diagung-agungkan itu melainkan dengan menciptakan ulang secara utuh.
Personalitas (potret diri) seorang pelukis tidak hadir dalam ruang kosong melainkan hadir dalam haribaan berbagai karya yang sudah ada. Ia dapat hadir dalam karya orang lain yang dapat diperlakukan sebagai karya sendiri. Itulah cara yang ingin saya sebut sebagai permainan dalam ketertiban teknikal dari disiplin konvensional rupawi yang sudah mapan. Maka ia menjadi semacam rekonstruksi dari karya-karya besar sebagai bentuk penghormatan sekaligus personifikasi terbatas terhadap karya-karya tersebut. Dan memang, setelah dipublikasikan selama bertahun-tahun atau berabad-abad, maka karya-karya besar itu pada akhirnya telah menjadi milik publik. Milik sejarah.
Dan tanpa ragu-ragu Bambang Darto ingin hadir dalam sejarah itu. Dia menyusup dengan cara yang halus sehingga orang lupa bahwa dirinya adalah seorang penyusup. (Aku ada di sana, berada di dalam sejarah yang diciptakan oleh orang-orang sebelum diriku). Dan sejarah yang diciptakan oleh para maestro itu terkadang menjelma menjadi semacam mitos yang coba diabadikan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga menjadi semacam ”keabadian buatan” pula. Dan kini seorang pelukis bernama Bambang Darto hendak ambil bagian dalam proses pengabadian mitos tersebut dengan cara memain-mainkan lalu dan”menambahi” bagian-bagian tertentu dari keabadian yang sudah baku tersebut.
Itulah personalitas yang dibuat samar-samar hingga nyaris tak terbaca. Suatu cara yang sangat halus untuk membuat tafsir bebas terhadap mitos yang coba terus diabadikan oleh para kreator di zaman yang dipenuhi oleh replika segala hal. Berhadapan dengan karya-karya semacam itu kita dibawa masuk pada berbagai sensasi eksotik dari replika keabadian yang telah menjadi milik siapa saja. Si seniman tak berambisi untuk menciptakan keabadian baru, karena ambisi semacam itu kini juga telah menjadi mitos kosong. Yang ada hanyalah celah-celah kosong di mana orang dapat menyusun ulang personalitas dirinya dalam jejak-jejak mitos. Jejak-jejak sejarah yang terusun oleh berbagai elemen masa silam yang jauh.
More info :
www tujuhbintang.com