cheap canvas art,cheap canvas art,cheap canvas art prints,cheap canvas art for sale,cheap canvas art supplies,cheap canvas art online,cheap canvas art sets,cheap canvas art uk,cheap canvas art australia,cheap canvas art canada,cheap canvas art brisbane
Sunday, August 30, 2009
I saw and heard of none like me
"...I was more agile than they, and could subsist upon coarser diet; I bore the extremes of heat and cold with less injury to my frame; my stature far exceeded theirs. When I looked around, I saw and heard of none like me. Was I then a monster, a blot upon the earth, from which all men fled, and whom all men disowned?
"I cannot describe to you the agony that these reflections inflicted upon me: I tried to dispel them, but sorrow only increased with knowledge. Oh, that I had for ever remained in my native wood, nor known nor felt beyond the sensations of hunger, thirst, and heat!"
(From Frankenstein by Mary Shelley, 1831)
Curated by Rona Green, I saw and heard of none like me comprises work by six artists exploring ideas about identity and uniqueness through drawing, painting, printmaking and sculpture. Topics of interest include contemplation of individuality, archetypes and alter egos, family relationships, feminism, persona and role-playing. Each of the artists encourages the viewer to enter a dialogue with the work and to consider thoughts and feelings about their own identity.
I Saw and heard of none like me
c3 contemporary artspace
Abbotsford Convent
1 St Heliers Street
Abbotsford Vic 3067
Opening: Wednesday 2 September 6 - 8 pm
Gallery Hours: Wednesday - Sunday 10 am - 5 pm.
Top image: (Left to right): Artists Jazmina Cininas, Rona Green, Deborah Klein, Rebecca Mayo, Gregory Harrison
in front of works by Dean Patterson. Photograph by Shane Jones.
Bottom image: (Clockwise): Maki is not afraid of werewolves either 2008 (detail) by Jazmina Cininas, Dutch 2009 (detail) by Rona Green, Melbourne Jesus 2009 by Gregory Harrison, Agathia pisina Moth Mask 2009 (detail) by Deborah Klein, Henrietta 2009 by Rebecca Mayo and autumn - dragon 2009 by Dean Patterson.
Friday, August 21, 2009
Tujuh Bintang Art Award
Sinar Harapan | Yogyakarta - Lukisan sosok Dewa Siwa disandingkan dengan sosok Ronal McDonald pada pembukaan pameran “The Dream” yang diselenggarakan Galeri Tujuh Bintang di Jogja National Museum Yogyakarta, Sabtu (15/8) malam.
Penampilan dewa Siwa yang dalam lukisan itu memakai kostum berlogo restoran cepat saji yang terkenal di Indonesia, sementara McDonald membawa senjata yang jadi ikon dewa Siwa. Ya. Begitulah I Kadek Agus Ardika menampilkan lukisannya yang berjudul “Tuhan Abad 21 (Tuhanku Saat Ini)”. Di sini sangat jelas Kadek ingin mengungkapkan kegelisahannya terhadap penetrasi kebudayaan global yang meminggirkan atau bahkan mematikan kebudayaan lokal.
Dalam konsep karyanya itu Kadek dengan tegas mengatakan kebanyakan masyarakat kita sekarang ini lebih meyakini sebuah benda yang berasal dari kebudayaan kapitalis untuk dijadikan sebuah simbol gaya hidup dan pencitraan dibanding dengan Tuhan sang penciptanya. Terlebih budaya kapitalis ini secara gencar diiklankan dan dimunculkan di berbagai media. “Akibatnya, masyarakat terpengaruh dan meninggalkan pola pikir lama dari kebudayaan lokal yang mempunyai prinsip kearifan, tenggang rasa, kebersamaan, dan kasih
sayang,” ujarnya.
Memang, lukisan Kadek tak menang dalam kompetisi yang diadakan dalam rangka ulang tahun I Galeri Tujuh Bintang Yogya ini. Toh, lukisan Kadek bisa mengingatkan kita agar selalu mempertahankan budaya lokal. Hal ini sejalan dengan langkah yang dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengumpulkan para pakar dari berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri untuk menggali kebijakan lokal yang lantas dikombinasikan sehingga bisa menjadi solusi permasalahan dunia yang tengah kita hadapi saat ini.
Dalam kompetisi yang diikuti sekitar 623 perupa dari seluruh Indonesia dengan total karya mencapai 1.500 lebih ini melibatkan pula beberapa juri, di antaranya Mikke Susanto, Kuss Indarto, Sujud Dartanto, Suwarno W, dan Rusnoto Susanto. Setelah dilakukan penilaian, muncul lima pemenang, yakni Made Wiguna Valasara, Cipto Purnomo, Rudi Hendriatno, Desrat Vianda, dan Syaiful A Rachman. Kelima pemenang ini berhak mendapatkan uang sebesar Rp 5 juta dan sertifikat penghargaan.
“Dalam kehidupan berkesenian, kompetisi ini penting karena bisa mengukur perkembangan kreativitas seniman,” ujar Valasara, salah satu pemenang. Pada kompetisi ini Valasara menghadirkan lukisan yang berjudul “Menyudut”, sementara Syaiful yang mengajukan lukisan berjudul “11:11” sempat mendapat pujian dari Oei Hong Djien, salah satu kolektor dan kurator terkemuka di Indonesia. “Dari segi ide dan penuangannya sangat bagus. Juga artistik,” ujarnya singkat ketika melihat pameran The Dream ini.
Ide yang diajukan Syaiful begitu berkesan dan kuat. Di sini perupa kelahiran Surabaya yang menyajikan sosok orang yang tengah bermain sepakbola ini disusun dengan lukisan orang pula. Menurutnya, orang saat ini menempati posisinya pada level yang sangat mengejutkan dan membangun gerakan baru budaya massa untuk mendapat pengaruh serta dukungan publik. Satu sama lain membentuk struktur yang bersinergi seperti tim kesebelasan.
“Satu sama lain bekerja sama secara tim bagai malam melengkapi siang. Juga mengingatkan kita pada mimpi Nabi Yunus dengan 11 bintang yang bersujud pada beliau,” ungkap Syaiful dalam konsepnya.
Kompetisi
Begitulah beberapa lukisan yang ditampilkan dalam pameran The Dream yang merupakan hasil dari kompetisi yang diadakan Galeri Tujuh Bintang. Sebuah kompetisi yang sengaja diselenggarakan untuk melihat seberapa besar kekuatan para perupa dalam blantika seni rupa saat ini. “Apakah mereka benar-benar kuat atau dikuat-kuatkan, atau bagaimana,” tegas Saptoadi Nugroho, pengelola Galeri Tujuh Bintang.
Hal yang sama diungkapkan Rusnoto, salah satu juri. Dia mengatakan kompetisi ini memang ditujukan bagi para perupa muda setelah dalam kurun waktu 10 tahun lulus dari kungkungan akademis. “Di sini kita bisa melihat seberapa besar kemajuan dan kematangannya,” ujar Rusnoto. Pun, lanjut Rusnoto, kompetisi yang diadakan Tujuh Bintang ini bisa dijadikan rujukan untuk melihat perkembangan seni rupa di Indonesia, tak hanya dari kompetisi yang dilakukan oleh pihak asing.
“Kami tahu banyak kompetisi yang dilakukan orang luar yang dipandang prestisius. Nah, kompetisi yang dilakukan Tujuh Bintang ini berbeda,” tegasnya.
Perupa Muda Mendapat Penghargaan
Kompas Cetak | Kamis, 13 Agustus 2009 | 13:16 WIB
Yogyakarta, Kompas - Galeri Seni Tujuh Bintang Art Space akan memberi penghargaan pada lima perupa muda Indonesia. Selain sebagai pemetaan, penghargaan Tujuh Bintang Art Awards 2009 ini juga dimaksudkan mengasah intelektualitas para perupa muda.
Salah seorang juri, Netok Sawiji Rusnoto Susanto, mengatakan saat ini kurangnya intelektualitas menjadi salah satu permasalahan seni rupa di Indonesia. ”Banyak perupa tidak paham bahwa untuk menyampaikan gagasan dalam karya mereka, mereka butuh intelektualitas dan juga kepandaian emosi. Bukan waton,” ujarnya di Yogyakarta, Rabu (12/8).
Apalagi, kata dosen luar biasa seni rupa di Universitas Negeri Jakarta tersebut, ada indikasi para perupa saat ini punya kecenderungan masuk ke wilayah wacana dan seni kontemporer. Tanpa diolah dengan intelektualitas, gagasan di ranah wacana ini akan sulit disampaikan kepada publik.
Untuk menguji intelektualitas mereka, selain mengajukan karya, para peserta kompetisi bertajuk ”The Dream” itu juga diminta merepresentasikan gagasan di balik karyanya. Kompetisi tersebut diikuti sebanyak 623 perupa, dengan 1.508 karya. Selain dari Yogyakarta dan Bali, peserta juga datang dari seluruh daerah di Indonesia.
Menurut pemilik Tujuh Bintang Art Space, Sapto Adi Nugroho, sebanyak 59 karya yang berhasil masuk final akan dipamerkan di Jogja National Museum, 15-30 Agustus. Lima pemenang akan diumumkan tepat pada malam pembukaan, yang menurut rencana akan dihadiri istri Gubernur DI Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
Salah seorang peserta, Made Wiguna Valasara mengatakan, kompetisi ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas karya para perupa muda. ”Kompetisi untuk perupa saat ini semakin sangat jarang. Berbeda dengan dulu waktu tahun 2000-an,” tuturnya.
Dalam kompetisi ini, Made menyertakan karyanya berjudul Menyudut. Lewat karya dua dimensi yang terbuat dari akrilik dan rotan di atas kanvas ini, Made berusaha mengungkapkan mimpinya tentang bumi yang lestari. (IRE)
Lima Perupa Terima Penghargaan
Manajer Tujuh Bintang Art Space, Saptoadi Nugroho, mengatakan Tujuh Bintang Art Awards 2009 merupakan kompetisi yang semata‑mata digelar sebagai bentuk penghargaan bagi para perupa muda. Proses seleksi berlangsung ketat dilakukan tim juri terdiri dari kurator, penulis kritik seni rupa dan akademisi.
Mereka adalah dosen Program Pascasarjana ISI Yogyakarta Suwarno Wisetrotomo, Kuss Indarto (kurator independen), Sujud Dartanto (kurator independen), staf Pengajar FSR ISI Yogyakarta Mikke Susanto dan Dosen Luar Biasa FBS Seni Rupa UNJ Jakarta Rusnoto Susanto.
Proses seleksi melalui dua tahap. Tahap pertama seleksi materi foto karya serta konsep penciptaan karya. Tahap kedua sistem seleksi terbuka berdasarkan presentasi karya terpilih 20 nominator.
"Penghargaan ini disampaikan sebagai bentuk hubungan harmonis antara pihak penyelenggara dengan para perupa muda Indonesia selama kurun setahun sejak Tujuh Bintang Art Space di-launching. Tentunya atas dasar kualifikasi karya yang diajukan dalam kompetisi berwibawa ini," kata Rusnoto Susanto selaku kurator. (c9)
Thursday, August 20, 2009
5 Besar The Dream : Made Wiguna Valasara
Diameter 150 cm
Acrylic, rattan on canvas
2009
Deskripsi Karya
Keterbatasan lahan kosong saat ini adalah permasalahan yang kita alami di muka bumi ini, kepungan pemanfaatan lahan oleh manusia, meningkatnya populasi manusia adalah salah satu penyebanya. Pembangunan pemukiman yang sangat padat, pembangunan gedung-gedung tinggi dan banyak kepentingan lainnya dalam penggunaan lahan. Apakah semua keadaan ini akan berakhir dengan rasa pesimis ataupun sebaliknya keadaan yang terjadi terhadap eksistensi alam ini menjadi hal yang optimis dalam memandang permasalahan ini, ini merupakan permasalahan yang sangat dilematis tentang eksistensi bumi ini dan kelangsungan hidup kita. Selanjutnya adalah bagaimana manusia menyikapi keadaan tersebut, dan seniman mungkin adalah salah satu manusia yang paling bisa menangkap pesan-pesan yang terjadi di sekitar, seniman mempunyai kekuatan imajinasi yang kuat dan kepekaan rasa yang hadir melalui daya interaksi dan impian-impian dalam menjalani hidup ini. Hal tersebut diungkapkan dengan visual tumpukan tumpang tindih garis-garis yang seolah berebut lahan dan memburu lahan kosong yang tersisa dan merubah bentuk lingkaran mebentuk sudut-sudut dengan sisi-sisi yang hampir dipenuhi tumpukan garis-garis sebagai gambaran sebuah keadaan yang sangat terbatas dan dilema bagi kita akan keberadaan bumi ini.. Dengan dua sisi kanvas menggunakan kolase rotan untuk mengungkapkan keadaan yang terus bergerak, mengalir ataupun berkurang seperti halnya yang terjadi di bumi ini.
Sukawati, Juli 1983.
Award:
Karya Terbaik I Seni Lukis Dies Natalis XXIII ISI Jogjakarta.
Solo Exhibition:
2009, MARSHALLING LINES and COLORS, CANNA Galleri Jakarta. TUGAS AKHIR” GARIS SEBAGAI EKSPRESI PENCIPTAAN SENI LUKIS” Gedung Seni Murni ISI Yogyakarta.
Group Exhibition:
2009, Pameran Tujuh Bintang Art Award 2009 “THE DREAM”[The Power of Dream], Jogja National Museum Yogyakarta. NEW+NEWS, Gracia Galeri Surabaya. FROM PAINTING To DIGITAL ART, Surabaya Art Ling Surabaya. 2008, HARLEQUIN, Langgeng galeri Magelang. SURVEY, Edwin”s Gallery Jakarta. REINVENTING BALI SDI, Sangkring Art Space. MENITI JALAN GARIS, SENTAK, Galeri Semarang. BALI ART NOW, HIBRIDITY, Jogja Galeri Yogyakarta. ARTMATIKA, SENTAK, Bentara Budaya Yogyakarta. LORO BLONYO KONTEMPORER, OHD Magelang. Dies Natalis ISI XXIV, Galeri ISi Jogjakarta. 2007, Pameran Harlah ASRI di Benteng Vredeburg Yogyakarta. Pameran Domestic Art Object di Jogja Galeri. Pameran Identifikasi, Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran Tribute To Young Artist, Sangkring Art Space. Pameran SENTAK, Keteraturan Adalah Kebebasan, Museum Affandi. Pameran Belok Kanan Jalan Terus, Sangkring Art Space. Pameran Ilusi-ilusi Nasionalisme,Jogja Galeri Joogjakarta. Portofolio Jogja Galeri, Jogjakarta. Modern Kaligrafi MATAHARI ,Museum Afandi Jogjakarta. Pameran Cenderamata, Bentara Budaya Jogjakarta. Bumi, Mon Décor galeri Jakarta. Dies Natalis XXIII Galeri ISI Jogjakarta. Pameran SENTAK!! Mon Décor Galeri Jakarta. ARTMHOSFER ACADEMIK, Jogja galeri Jogjakarta.
5 Besar The Dream : Cipto Purnomo
Batu Andesit, 100cm x 60cm x 40cm, 2009
KONSEP KARYA
Born :
Magelang, August 18, 1983
Education:
2001-2006: Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta
Award:
2003: Juara III Lomba Lukis BIF (Borobudur International Festival) | 2009: Museum Rekor Dunia Indonesia MURI Membuat patung Budha dari Emas Terkecil
Exhibition:
2009: Pameran Tujuh Bintang Art Award 2009 “THE DREAM”[The Power of Dream], Jogja National Museum Yogyakarta | 2008: ”DINAMIKA ESTETIKA” di Taman Budaya Yogyakarta - 100 Th Kebangkitan Nasional di Jogja Gallery, Yogyakarta | 2007: Asean Aksi ”Occupying Space” di Sembalun, Lombok, NTB - Borobudur International Art Project di Pondok Tingal, Borobudur, Jawa Tengah - "1000 MYSTERY OF BOROBUDUR", Jogja Gallery, Yogyakarta - Foto dan Instalasi di ELOPROGO Art's Borobudur, Jawa Tengah - “59” Alumnus ISI 2006 di Gedung Taman Budaya Yogyakarta | 2006: London Art Project di B'OK Art Gallery Semarang - Pameran Seni Patung Tugas Akhir, di Gedung Seni Murni ISI Yogyakarta - Seni Media Rekam, Seni Pertunjukan, ”Jalin Bapilin” Bersama Mahasiswa Minang ISI Yogyakarta di Benteng Vredeburg Yogyakarta - ”Jawa dalam Imajinasi” Tembi Art Festival di Galeri Tembi Yogyakarta | 2004: Pameran Seni Rupa Mahasiswa Seni Murni Angkatan 2001 ISI Yogyakarta di Tom Silver Magelang | 2001: Pameran Seni Rupa Diesnatalis SASENITALA, di Galeri ISI Yogyakarta.
5 Besar The Dream : Syaiful A Rahman
Acrylic on canvas 210cm x 153cm 2009
Di era globalisasi saat ini, manusia sebagai mahkluk social ini telah menempati posisinya pada level yang mengejutkan, dengan adanya perkembangan technology informasi, mahkluk social ini telah membangun gerakan (baru budaya massa) , melalui media cetak, Koran, televisi, internet, dll, yang berkepentingan untuk mendapatkan dukungan dan pengaruh public agar segala produc ataupun wacana yang ditawarkan di respon oleh publik, maka satu sama lain membentuk struktur yang bersinergy seperti tim kesebelasan yang memiliki fungsi sesuai posisi dimana mereka ditempatkan, tidak mungkin suatu tim kesebelasan yang semua anggota timnya berfungsi sebagai kipper semua atau striker semua. Satu sama lain bekerja sama secara tim bagai malam melengkapi siang (yin¬yang) , 11 (sebelasan) mengingatkan kita pada mimpi (The Dream) seorang Nabi Yusuf As. dengan 11 bintang yang sujud pada Beliau. 11 (sebelas) ketika dipecah ( 1+1=2) menjadi anggota yang Dua dari dualitas. merupakan symbol jembatan, Ilmu pengetahuan dan satu kesatuan yang harmoni (perkawinan Adam dan Hawa/ pria dan wanita), Seperti ; malam dan siang, yin dan yang, gaib dan fisik, mimpi dan kenyataan, metamatematika dan metafisika ilmiah dan ilahiah. Bilangan 11;11 secara matematika kwantitatif jika dijumlahkan – 1+1+1+1= 4. 4 mengingatkan pada 4 kitap samawi : zabur, taurat, injil dan al qur’an, 4 elemen alam semesta: api, air, tanah dan udara, dan 4 penjuru arah: barat, timur, utara dan selatan. 4 merupakan tetraktus Tuhan, Tetrak=empat, bilangan pertama jika dijumlahkan : (1+2+3+4 =10), 10(sepuluh=1 “satu” 0 “nol”=1 melambangkan tunggal dan `0' melambangkan Zat, 10 memiliki pengertian "Zat yang maha tunggal" Mitos budaya masa merupakan sinergi dari gerakan berjamaah membangun kekuatan yang ILAAHIAH. 11;11 adalah suatu kode digital untuk pembangkitan, perubahan dan menghadirkan keseimbangan. Yang merupakan DNA pilinan yang kembar.
Landasan pemikiran yang pokok tentang bilangan 11;11 adalah kesadaran bahwa alam semesta terkomputerisasi dan independent pada sistem yang kwantitatif bahwa hidup, dan alam semesta secara keseluruhan, merupakan suatu sistem yang rapi, dan bilangan 11;11 telah mencerminkan kerapian dan keteraturan itu. Jika alam semesta dikuasai oleh berbagai peristiwa sedang bilangan tak mampu menata keteraturannya maka tidak akan ada struktur pada alam semesta tidak akan ada pemeliharaan format, putaran jam, hari ,siang, malam, bulan, tahun bahkan tatanan iklim cuaca, oleh karenanya 11;11 adalah bumbu yang diramu secara meta-matematika dengan perhitungan kwantitatif khusus untuk suatu perubahan.
Surabaya, March 15, 1974.
Award:
2002, Karya nominasi “INDOFOOD ART AWARD 2002". 1999, Karya terbaik "LUSTRUM III" ISI Yogyakarta. Karya terbaik PEKSIMIDA V Yogyakarta. Karya terbaik NOKIA ART AWARD INDONESIA.
Group Exhibition:
2009, Pameran Tujuh Bintang Art Award 2009 “THE DREAM”[The Power of Dream], Jogja National Museum Yogyakarta. 2002, Pameran - Indofood Art award 2002 musium Nasional Jakarta. Pameran di Puri gallery malang dan langgeng Galery Magelang. 2001, Pameran di Moom Gallery Jakarta. Pameran TUBUH di museum beteng Vredeburg Yogyakarta. Pameran Pertemuan 94, Purna Budaya, Yogyakarta. 2000, NOKIA art award Asia pacific ; di singapure,kuala Lumpur, taipeh, Beijing, Hongkong, Auckland. 1999, FKI di beteng Vredeburg yogyakarta LUSTRUM III ISI yogyakarta, PEKSIMINAS. 1998, Pameran bersama Alumni ISI di hotel Garuda yogyakarta. 1996, Dies Natalis XII ISI Yogyakarta, Refleksi Zaman" Beteng Vredeberg Yogyakarta. 1995, Pameran bersama pelukis Surabaya di DKS Surabaya.
5 Besar The Dream : Rudi Hendriatno
Teak Wood (kayu jati)
P= 240cm x L=160cm x T=130cm 2009
KONSEP KARYA :
Karya ini, di buat dengan menirukan benda skateboard dengan ukuran sebenarnya sebagaimana fungsi aslinya. Skateboard biasa dipakai sebagai alat olah raga yang dalam pemakaiannya tergolong mempunyai kerumitan tersendiri dan rawan mengalami kecelakaan. Alasan ini yang menyebabkan saya mengungkapkan tema ini dengan menyimbolkannya pada benda tersebut, dalam kondisi memiliki sayap. Untuk mengantarkan fantasi para penikmat pada kata terbang, kebebasan, kecepatan, dsb.
Padang, July 8, 1980.
Group Exhibition:
5 Besar The Dream : Desrat Fianda
Take Wood, Car paint, Acrylic on Canvas
Lukisan Semi 3D
154cm x 154cm x 12cm
2009
Secara singkat konsep penciptaan karya-karya ini adalah: menciptakan lukisan dengan menyatukan obyek tiga dimensional ke dalam bidang dua dimensional secara nyata (kongkrit) dengan memulai dari mengalihfungsikan peran bingkai pada lukisan, sehingga hasilnya merupakan suatu lukisan yang kreatif dan tidak konvensional. Untuk sementara saya menyebut dengan kata semi tiga dimensional.
Pada karya ini bingkai diperankan sebagai obyek pertama tepatnya sebagai pita kado, hal yang menarik disini adalah keberadaan kanvas yang tidak memiliki banyak permintaan, kanvas di sini berperan sebagai keterangan tempat yaitu sebagai kado/bingkisan. Peran bingkai pada lukisan dan peran pita pada kado pada dasarnya memiliki kesemaan yaitu sebagai hal yang dipasang paling luar, sebagai pengikat, penghias dan sebagainya, jadi pergeseran bentuk ini (dari bingkai/frem menjadi pita kado) merupakan sebuah pengungkapan sesuatu yang seakan-akan mustahil untuk dilakukan namun semuanya mungkin terjadi. Inilah saya tafsir dari kekuatan mimpi atau the power of dream.
Born:
Sicincin, December 7, 1983.
Award:
2005, Karya terbaik Pratisara Affandi Adhi Karya.
Group Exhibition:
2009, Pameran Tujuh Bintang Art Award 2009 “THE DREAM”[The Power of Dream], Jogja National Museum Yogyakarta. Pameran FKY "How Art Live" di Benteng Vredeberg Yogyakarta. Pameran 3D "Bersama Dalam Ruang Komposisi" di Joglo Seni Art Sociatet. Pameran Trap-esium di Edwins Galerry Jakarta. 2008, "THE HIGHLIGHT", di Jogja Nasional Museum Yogyakarta. "Versus # 1" di Galeri 678 Jakarta. Pameran Family Life di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran Life Style di Museum Affandi Yogyakarta. Pameran Kaba Rang Rantau, di Ego Galeri Jakarta. Pameran It's Fun(d) di galeri Biasa Yogyakarta. Pameran Ba'al (Gotri 03) Di Sangkring Art Space Yogyakarta. 2007, Pameran Have Fun (Sayasuka Team), Taman Budaya Yogyakarta. Pameran Ride The Lighting (Sayasuka Team), Parkir Space Yogyakarta. Pameran Harlah Asri, Benteng Vredeberg Yogyakarta. 2006, Pameran Art For Jogja, Taman Budaya Yogyakarta. Pameran Jalin Bapilin, Benteng Vredeberg Yogyakarta. 2005, Pameran Pratisara Affandi Adhi Karya, Di Galeri ISI Yogyakarta. Pameran Pratisara Affandi Adhi Karya Soka Galeri Jakarta. Pameran Hero, Malang Jawa Timur. Pameran Gotri 03. di Benteng Vredeberg Yogyakarta. Enviromental Art di Bebeng Yogyakarta. 2004, Pameran Mempertimbangkan Tradisi di Galeri nasional Yogyakarta.
Wednesday, August 19, 2009
Mimpi Perupa Memperoleh Award
Karya berbentuk robot itu tidak sebagaimana citraan robot biasa. Bentuk tubuhnya berupa bentuk simbol cinta berwarna merah dengan kaki dan tangan dari materi stainless. Tapi lihatlah, di bagian tengah simbol cinta itu ada potret seorang perempuan berkerudung.
Tak jelas hubungan antara sosok robot dan perempuan tadi. Tapi pencipta karya ini, Achmad Basuki, melambungkan mimpinya memperoleh pasangan hidup perempuan berkerudung. "Saya ingin mempunyai istri yang salihah," kata Achmad, alumni Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarang. Achmad, 34 tahun, melengkapi mimpinya dengan bentuk rumah di telapak tangan kiri, dan anak di tangan kanannya.
Karya Achmad adalah satu dari 59 karya dari 1500 karya yang diseleksi lima kurator dalam kompetisi Tujuh Bintang Art Award 2009. Karya itu dipamerkan di Jogja National Museum pada 15-30 Agustus. Dengan tema besar "The Power of Dream", perupa mewujudkan mimpi mereka lewat karya dua dimensi dan tiga dimensi.
Perupa Purwanto menggambarkan mimpinya berupa bantal yang meninabobokan dan jebakan tikus yang menjengkelkan. Ia membayangkan, saat mata lelah ingin terkatup, badan penat ingin rebah terbaring, kehadiran bantal itu bisa menjadi obat meski sekejap. Tak peduli bantal warna merah muda itu tergeletak di atas jebakan tikus. Seolah ada pesan yang tersirat: tergiur untuk berbaring, silakan saja, tapi jangan menyesal jika saat terbangun tak bisa bermimpi lagi.
Mimpi pun bisa diterjemahkan lewat permainan ular tangga, dengan manusia sebagai bidaknya. Roni Ammer, seniman muda dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, lewat karya bertajuk The Winner, menggambarkan papan permainan ular tangga. "Jika bisa memenangkan permainan, seseorang itulah yang layak disebut The Winner," katanya.
Mimpi tak selamanya soal personal seperti mimpi memperoleh pasangan hidup perempuan berjilbab tadi. Made Wiguna Valasara, misalnya, melambungkan mimpi buruk tentang lingkungan hidup yang rusak. Perupa asal Sukawati, Bali, ini menggunakan medium campuran untuk mengekspresikan mimpinya. Ia menggambarkan bola dunia yang penuh sesak dengan kesemrawutan lewat bilah rotan yang saling tumpuk dan saling tindih tak beraturan. Karya berjudul Menyudut ini ditetapkan lima kurator sebagai salah satu dari lima karya yang pantas diganjar Tujuh Bintang Art Award. Kurator menilai karya Made Wiguna punya kekuatan imajinasi dan kepekaan lewat impiannya.
Menurut Netok Sawiji Rusnoto Susanto, salah seorang kurator pameran, perupa cenderung mempresentasikan gagasannya dengan bahasa visual bercitra realis. "Kompetisi ini mengindikasikan peta perkembangan seni rupa kontemporer hari ini," kata Netok. PITO AGUSTIN RUDIANA
Monday, August 17, 2009
Malam Anugrah Tujuh Bintang Art Award 2009
Acara dibuka dengan hentakan musik top forty oleh D'Gaz Band. Dipandu MC Trio Kirik, seremonial penyerahan hadiah untuk 5 besar dari 58 nominator "The Dream" diawali dengan performance oleh Jemek. Hadiah sebesar 5 juta rupiah, sertifikat dan tropi diserahkan oleh perwakilan seniman senior, kurator, wartawan dan direktur Tujuh Bintang Art Space.
1. Made Wiguna Valasara
2. Cipto Purnomo
3. Desrat Fianda
4. Rudi Hendriatno
5. Syaiful A Rahman
Acara yangs sedianya dibuka oleh GKR Hemas, akhirnya dibuka oleh Bapak Saptoadi Nugroho karena GKR Hemas yang sempat hadir menyatakan tidak siap untuk memberikan sambutan. Selain membuka pameran, Owner Tujuh Bintang juga melakukan prosesi pemotongan tumpeng sebagai pengungkapan rasa syukur atas usia Tujuh Bintang Art Space yang telah mencapai satu tahun dengan penuh kesuksesan.
Selamat kepada para pemenang.
Selamat Ulang Tahun Tujuh Bintang Art Space.
Thursday, August 13, 2009
Invitation of The Dream Exhibitions
Tujuh Bintang Art Space
Cordially invites you to
The Opening of Art Exhibition
Tujuh Bintang Art Award 2009
August 15th – 30th, 2009
Nominators :
Achmad Basuki | Afdhal | Agung Santosa | Agus Triono | Ahmat Nawir (Mc Pitt) | Andi (La Ghost) Riyanto
Angga Aditya Atmadilaga | Bambang Supriyadi | Baskoro Latu | Baswara Indrajati | Budi Agung Kuswara
Cipto Purnomo | Dani ‘King’ Heriyanto | Danny Irawan | Deden FG | Dedy Maryadi | Dedy Sufriadi
Desrat Fianda | Dhomas "Kampret" Yudhistiro | Dwi Rustanto | Edi Maesar | Erianto | Ferry Gabriel
Handry L.S | Hasto Edi Setiawan | Hilmi Fabeta | I Gede Arya Sucitra | I Kadek Agus Ardika
I Made Adinata Mahendra | I Made Ngurah Sadnyana | I Wayan Legianta | I Wayan Upadana
Imam Abdillah | Ivan Yulianto | Jouhan Jauhari | Kadafi Gandi Kusuma | Kadek Agus Mediana
Khusna Hardiyanto | M. Wira Purnama | Made Wiguna Valasara | Miranti Minggar Triliani
Muhammad Yusuf Siregar | Mulyo Gunarso | Nugroho Heri Cahyono | Nugroho Wijayatmo
Nur Fitriyah | Pande Nyoman Alit Wijaya Suta | Purwanto | RB. Setiawanta | Rokhim MaosArt
Roni Ammer | Rudi Hendriatno | Suparyanto | Syaiful A. Rachman | Tri Wahyudi
Untung Yuli Prastiawan | Wibowo Adi Utama | Widhi Kertiya Semadi | Yudi Irawan
Curated by:
Rusnoto Susanto
The Judges:
Suwarno Wisetrotomo | Kuss Indarto | Mikke Susanto
Sujud Dartanto | Rusnoto Susanto
Will be Officiated by:
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas
Live Music & Performance by:
Hadi Soes, SE - Hip Hop (Rotra & Jahanam)
D’Gaz Band - Jemek Supardi
MC
Elis & Trio Kirik
on Saturday, August 15th, 2009
at 07.00 pm
at Jogja National Museum
Jl Amri Yahya 1 Wirobrajan Yogyakarta
More Info :
Tujuh Bintang Art Space
Jl Sukonandi No. 7-Yogyakarta 55166, Indonesia
Tlp +62 274 545577 Fax +62 274 583377
email: info@tujuhbintang.com
website: www.tujuhbintang.com
Tuesday, August 11, 2009
Introduced Species - Solo Exhibition at the Art Vault, Mildura
From top:
Opening remarks by Donata Carrazza
Deborah (right foreground) and Donata (far left)
Deborah and Donata
Installation view: Moth Masks lino cuts
Moth mask lino cuts (detail 1)
Moth Mask lino cuts (detail 2)
Installation view: rear of gallery
Moth Masks 2009 Acrylic on papier mache masks
Installation view: The Enchanted Hair Ornaments linocuts
Installation view: The Enchanted Hair Ornaments (acrylic on canvas), The Other Side acrylic on canvas and detail of Moth Masks lino cuts
Art Vault Managers Filomena Coppola and Mia Kolpin
A Mysterious Masked Moth Woman
Trio of Moth Women (Filomena, Deborah and Mia)
Click on images to enlarge.
Friday, August 7, 2009
D'Gaz, Rotra, Jahanam & Hadi Soes Meriahkan The Dream
D'Gaz Band akan menjadi musik pembuka dilanjutkan 2 grup hip hop ternama di kota Yogyakarta, Rotra dan Jahanam. Untuk menambah panas suasana, hadirin akan diajak bergoyang oleh 5 biduan dangdut dari Hadi Soes, SE. Performance dari Jemek juga akan turut memukau hadirin disana. Pengatur acara diserahkan kepada Elis dan Trio Kirik.
Jangan lewatkan event terbesar Tujuh Bintang Art Space selama setahun ini. Ramaikan Jogja National Museum Jl Amri Yahya No 1 Wirobrajan pada tanggal 15 Agustus 2009 mulai pukul 19:00 WIB.
Kami nantikan kehadiran anda semua.
Thursday, August 6, 2009
Pers Release Tujuh Bintang Art Award
Reinterpretasi Impian dalam Perspektif Seorang Perupa
-------------------------------------------------------------------------
Achmad Basuki | Afdhal | Agung Santosa | Agus Triono | Andi Riyanto
Angga Aditya Atmadilaga | Bambang Supriyadi | Baskoro Latu | Baswara Indrajati
Budi Agung Kuswara | Cipto Purnomo | Dani ‘King’ Heriyanto
Danny Irawan | Deden FG | Dedy Maryadi | Dedy Sufriadi | Desrat Fianda
Dhomas Yudhistira | Dwi Rustanto | Edi Maesar | Erianto | Ferry Gabriel
Handry L.S | Hasto Edi Setiawan | Hilmi Fabeta | I Gede Arya Sucitra
I Kadek Agus Ardika | I Made Adinata Mahendra | I Made Ngr. Sadnyana
I Wayan Legianta | I Wayan Upadana | Imam Abdillah | Ivan Yulianto
Jouhan Jauhari | Kadafi Gandi Kusuma | Kadek Agus Mediana
Khusna Hardiyanto | M. Wira Purnama | Made Wiguna Valasara
Miranti Minggar Triliani | Muhammad Yusuf Siregar | Mulyo Gunarso
Nawir Mc Pitt | Nugroho Heri Cahyono | Nugroho Wijayatmo
Nur Fitriyah | Pande Nyoman Alit Wijaya Suta | Purwanto
RB. Setiawanta | Rokhim Maosart | Roni Ammer | Rudi Hendriatno
Suparyanto | Syaiful A. Rachman | Tri Wahyudi | Untung Yuli Prastiawan
Wibowo Adi Utama | Widhi Kertiya Semadi | Yudi Irawan
Kurator : Rusnoto Susanto
Pembukaan : Sabtu, 15 Agustus 2009 pukul 19:00
Tempat : Jogja National Museum
Jl. Amri Yahya 1 Wirobrajan Yogyakarta
Musik : D’Gaz Band, Rotra, Jahanam, Hadi Soes, SE
MC : Elis
Pameran : Tanggal 15 - 30 Agustus 2009 - pukul 10:00 – 20:00 WIB
----------------------------------------------------------------------------
Proses ini hendak menunjukkan pada publik secara luas bagaimana prosedur dan proses kompetisi dilangsungkan secara terbuka sebagai upaya pewacanaan bahwa kompetisi ini tidak sekadar menjaring karya-karya terbaik perupa muda kita namun juga hendak menjumput berbagai pemikiran-pemikiran yang berserak ketika proses kreatif berlangsung.
Netok Sawiji_Rusnoto Susanto, Kurator
Inspirasi terbesar bagi seorang genius adalah impian. Seorang geniuslah yang kemudian mampu mengeksplorasi letupan-letupan impiannya dan sanggup mengubah dunia. Bagaimana seseorang dapat bertahan sekaligus melangsungkan kehidupannya tanpa bertumpu pada kekuatan visi dan kekuatan impian? Bagaimana impian-impian mampu menciptakan budaya dan membangun sebuah ilmu pengetahuan yang melampaui batas kapasitas logika. Dasar sederhananya, kekuatan impian membentuk kuatnya karakteristik pribadi dengan kekuatan eksistensi seseorang sehingga dapat survival, dihargai dalam kelompok sosial tertentu, dan lebih bermartabat. Impian menuntut sekaligus membentuk perspektif berpikir menjadi manusia visioner dan berkarakter. Nah, berpijak atas dasar inilah tema ‘THE DREAM’ The Power of Dream di usung sebagai tema yang membingkai penyelenggarakan kompetisi Tujuh Bintang Art Award 2009 yang diharapkan dapat memicu berbagai perspektif para perupa muda Indonesia dalam menggali sekaligus menjumput inspirasi atas impian-impian yang selama ini menggelisahkan ruang-ruang virtual kita hari ini.
Tujuh Bintang Art Awards 2009
Tujuh Bintang Art Award 2009 merupakan paket program yang didedikasikan pada bagian penting perjalanan dan perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi terhadap pemikiran dan karya terbaik perupa muda Indonesia yang telah mendedikasikan segenap kehidupan kreatifnya untuk melahirkan karya-karya terbaik. Penghargaan ini disampaikan sebagai bentuk kemelekatan relationship yang harmonis antara pihak penyelenggara dengan para perupa muda Indonesia selama kurun setahun semenjak Tujuh Bintang Art Space dilaunching tentunya atas dasar pada kualifikasi karya yang diajukan pada kesempatan kompetisi berwibawa ini.
Tujuh Bintang Art Award 2009 merupakan kompetisi yang semata-mata digelar sebagai bentuk penghargaan yang menandai sebuah pencapaian puncak prestasi para perupa muda dalam proses seleksi yang sangat ketat dilakukan tim juri yang terdiri dari kurator, penulis kritik seni rupa dan akademisi. Melibatkan dewan juri yang memiliki kapabilitas terbaik diantaranya Suwarno Wisetrotomo (Kurator, Penulis Kritik Seni Rupa dan Dosen Program Pascasrjana ISI Yogyakarta), Kuss Indarto (Kurator Independen), Sujud Dartanto (Kurator Independen), Mikke Susanto (Kurator Independen & Staf Pengajar FSR ISI Yogyakarta), Netok Sawiji_Rusnoto Susanto (Kurator Independen, Dosen Luar Biasa FBS Seni Rupa UNJ, Jakarta).
Satu hal penting yang perlu kita ketahui bahwa proses seleksi melalui dua tahap yakni; tahap pertama (sistem seleksi tertutup), seleksi portofolio karya dengan materi seleksi foto karya dan konsep dasar penciptaan karya. Tahap ini diselenggarakan di meeting room Santika Hotel pada 7 Juli 2009, dengan menyeleksi 623 perupa dengan 1508 karya dari berbagai daerah dan latar belakang pendidikan seni yang beragam serta tidak sedikit peserta yang masih menempuh studi di berbagai perguruan tinggi seni di Indonesia. Jumlah peserta dan karya pada proposal yang masuk mengindikasikan sebuah upaya maksimal pihak penyelenggara yang menyiapkan waktu hanya sekitar satu bulan semenjak awards ini dipublish adalah kerja terbaik tim Tujuh Bintang Art Awards 2009 bekerjasama dengan Team Organizer (Hanif ZR, cs) yang luar biasa kinerjanya. Response para perupa muda Indonesia juga sangat membanggakan semangat kompetitifnya.
Berbagai prosedur teknis telah dipublish dan disepakati para peserta ketika peserta yang telah mengirimkan portofolio kepada pihak penyelenggara. Proses seleksi awalnya memilih 170 karya kemudiam diperketat untuk menentukan 59 karya nominator yang pada akhirnya tim juri menentukan 20 nominator yang wajib mengikuti proses seleksi tahap dua dengan pola presentasi terbuka. Nominator tersebut memperoleh kesempatan dipamerkan oleh pihak penyelenggara kompetisi. Kemudian tahap kedua (sistem seleksi terbuka), seleksi terbuka berdasarkan presentasi karya terpilih (20 nominator) pada 21 Juli 2009 di ruang seminar Taman Budaya Yogyakarta, peserta mengirim karya secara langsung dengan ke pihak Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta dan diwajibkan melakukan presentasi karya oleh seniman di hadapan tim juri dan audiens yang terdiri dari pers, perupa senior dan pengamat seni.
Para perupa lebih dominan mempresentasikan gagasannya dengan penggunaan bahasa visual bercitra realistik meskipun hanya dalam prosentase kecil saja yang memposisikannya pada langgam non representasi objek. Citra-citra yang paling mudah diidentifikasi adalah upaya setiap perupa masuk ke ranah seni rupa kontemporer dengan citra representasi visual maupun kekuatan-kekuatan gagasan yang mendasari olah kreatifnya. Kompetisi ini telah mampu mengindikasi peta perkembangan seni rupa kontemporer hari ini, paling tidak ini cukup representatif untuk mengetahui laju perkembangan dan prediksi wacana seni rupa mendatang.
Salam
Tujuh Bintang Art Space
Menjelang Tujuh Bintang Art Award
Detail panggung di Jogja National Museum juga dirancang oleh Tim Kreatif SA Comm Jakarta. Detil di lapangan dilakukan oleh tim dari KWS dan Tubi dikomandani Hadi Soes, SE sebagai manager event.
Menurut rencana, malam anugrah Tujuh Bintang Art Award yang juga peringatan ulang tahun Tujuh Bintang Art Space yang pertama ini akan didukung dengan tata lampu dan sound system 10.000 watt. Dimeriahkan oleh dua grup hiphop Rotra dan Jahanam dengan D'Gaz Band sebagai musik pembuka. Musik penutup diserahkan kepada grup dangdut Hadi Soes, SE dengan sederet artis ternama.
Tujuh Bintang Art Space mengucapkan terima kasih kepada Dewan Juri dan segenap panitia yang bekerja keras mempersiapkan acara yang merupakan reinterpretasi impian dalam perspektif perupa muda Indonesia. Juga kepada Jogja National Museum dan seluruh insan seni yang berkenan memberikan dukungan moralnya. Tak lupa kepada BCA selaku pendukung dana kegiatan, terima kasih banyak atas apresiasinya terhadap kemajuan seni rupa Indonesia.
Ditunggu kehadirannya di Jogja National Museum Jl Amri Yahya 1 Wirobrajan Yogyakarta, tanggal 15 Agustus mendatang pukul 19:00 WIB.
Saturday, August 1, 2009
Karya Seni Makin Laris
Kompas Cetak - Sabtu, 1 Agustus 2009
Zurich, Jumat -
Harga karya seni para artis yang lahir setelah tahun 1945 sudah merosot hampir sepertiga sejak mencapai titik tertinggi pada akhir tahun 2007.
Demikian data dari Artprice, pengumpul data benda-benda seni. Para analis benda seni juga mengatakan inilah saat yang tepat untuk mulai mengumpulkan benda seni karena harga sudah akan naik lagi.
”Saat ini merupakan waktu yang baik untuk membeli benda-benda seni kontemporer. Anda dapat menemukan hasil karya yang menarik dengan harga wajar, tidak terlalu tinggi seperti tahun lalu,” ujar pemilik sebuah galeri seni di Sydney, Dominik Mersch.
Walaupun lelang tahun ini sedikit menurun, ada beberapa penjualan yang menonjol selama masa krisis ini, di antaranya sebuah potret Betty Freedman karya David Hockney yang terjual 8 juta dollar AS pada Mei. Angka tersebut mencapai rekor penjualan bagi penciptanya.
”Siapa pun yang membeli karya seni itu mendapatkan harga yang pantas,” ujar Simon de Pury, pimpinan lembaga lelang seni Philips de Pury & Company yang meyakini karya Hockney akan mengikuti pola yang dibentuk oleh rekannya pelukis Inggris Francis Bacon, yang harga karyanya melonjak setelah perjuangan berat.
Walaupun sudah ada tanda kenaikan harga, masih diperlukan waktu dua tahun lagi di pasar benda seni untuk kembali bangkit, ujar Patrick Gruhn, pemilik galeri Art Invest di Swiss. ”Pasar seni kontemporer sedang menurun saat ini, jadi inilah saat yang baik untuk masuk,” ujar Gruhn.
Manjakan nasabah
Para investor saham juga semakin banyak yang melirik ke karya seni kontemporer, apalagi di tengah krisis yang menghantam bursa saham kali ini.
Kehausan investor untuk mendiversifikasikan investasinya ke benda seni membuat bank-bank besar, seperti UBS, Citi, dan Deutsche Bank, menawarkan jasa penilaian benda seni dan segala hal mengenai investasi seni kepada nasabah. Mereka tidak cukup lagi hanya menyediakan penasihat investasi untuk surat berharga, seperti saham dan obligasi.
Ada pertanda awal bahwa pasar seni telah melewati masa-masa terburuknya. Indeks Kepercayaan Pasar Seni Artprice—jajak suara harian yang digunakan industri seni untuk mengetahui gerakan harga—sudah naik menjadi positif 27. Pada akhir tahun 2008, indeks ini minus 26.
Menurut indeks Mei Moses, valuasi harga benda seni tahun lalu melewati harga saham, tetapi tidak sebaik obligasi dan emas. Dalam lima hingga sepuluh tahun belakangan, tingkat imbal hasil tahunan benda-benda seni cukup mengagumkan, hanya dikalahkan imbal hasil investasi emas.