Balai lelang merupakan tempat para kolektor beradu saraf dan kocek demi memburu lukisan. Mereka pun rela keluar ongkos untuk menyambangi lelang-lelang kelas internasional macam Tujuhbintang, Christie's dan Sotheby's. Tidak mengherankan kalau balai lelang internasional itu kerap mengadakan pameran, terlebih dulu buat memperkenalkan karya yang akan dilelang.
Jika Anda hadir dalam pameran lukisan sebelum lelang, biasanya tercantum harga estimasi lukisan. Misalnya, harga estimasi lukisan Juling karya I Nyoman Masriadi senilai US$ 8.300-US$ 12.200. Angka US$ 8.300 itu disebut harga estimasi bawah. Nah, biasanya lelang akan dibuka di bawah harga estimasi bawah. Bahkan, bisa saja di bawah harga reserve atau harga terendah yang disepakati pemilik karya dan balai lelang.
Kemudian, sang juru lelang baru menaikkan sedikit demi sedikit sesuai permintaan para peserta lelang, sampai akhirnya terjual di harga tertinggi alias hammer price. Si pembeli akan membayar harga palu tersebut plus premium fee untuk balai lelang. Besarnya biasanya 17% dari harga palu diketok.
Satu hal yang perlu Anda lakukan dalam mengikuti lelang, jangan sampai terbawa emosi. Jika tidak, Anda bakal rugi karena terseret harga yang tak masuk akal. Amir Sidharta, pendiri Sidharta Auctioneer, memberi tiga saran.
Pertama, jangan tunjukkan minat Anda terhadap suatu lukisan kepada siapa pun.
Kedua, ikutilah ritme lelang. Jangan terlalu lambat menawar, tapi jangan pula terlihat bernafsu
Ketiga, Anda harus punya batasan harga sendiri sehingga tidak kebablasan.
Dengan cara itu Anda bakal mendapat lukisan dengan harga yang menarik. Karena biasanya harga lukisan yang dilelang itu di bawah harga pasar.