Friday, July 25, 2008

Oei Hong Djien dan Pameran Lukisan

Adalah Oei Hong Djien, seorang kolektor dan kurator lukisan yang amat disegani di negeri ini. Komentar dan ulasannya terhadap lukisan atau perkembangan seni lukis selalu ditunggu-tunggu banyak orang disetiap lelang lukisan. Hong Djien mengenal lukisan sejak masa kanak-kanak. Perkenalan dengan lukisan boleh dibilang akibat tertulari orang tuanya. Maklum, ayahnya termasuk penikmat dan kolektor lukisan. Dinding rumah bagaikan balai lelang lukisan tua peninggalan Belanda. Tak satu pun kerabat Hong Djien yang berbakat menjadi pelukis hebat. Tak terkecuali Hong Djien, "Pelajaran menggambar saya cuma dapat nilai enam," aku pria kelahiran April 1939 ini.

Suguhan lukisan yang setiap waktu di pelupuk matanya, pelan-pelan membakar cinta Hong Djien terhadap lukisan. Hong Djien kerap berpindah-pindah kota dan menumpang tinggal di rumah kerabatnya untuk menempuh pendidikan. Pendidikan dasarnya ditempuh di Semarang, dan melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Di mana pun Hong Djien tinggal, selalu saja rumah yang ditempatinya bak balai lelang lukisan.

Minat Hong Djien pada lukisan mulai terlampiaskan manakala ia hijrah ke Jakarta untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia jadi rajin mengunjungi pameran lukisan serta galeri lukisan yang ada di ibu kota. Namun, calon dokter itu baru sebatas menikmati lukisan tapi tak kuasa membeli. Hong Djien baru benar-benar mampu membeli sebuah lukisan pada 1965, setelah enam tahun menabung sebagian uang saku kiriman orang tuanya.

Hobi bertandang ke galeri lukisan dan pameran lukisan kian menjadi saat melanjutkan kuliah ke negeri Belanda. Ia bahkan makin rajin mengikuti seminar-seminar yang membahas karya seni. Dari situlah pemahaman serta wawasannya terhadap lukisan makin bertambah, dan kian lihai menilai lukisan.

Kesibukan mengelola usaha jual beli tembakau tak menyurutkan kegemarannya mengumpulkan lukisan. Ia tetap saja rajin melihat pameran atau lelang lukisan dan menyambangi galeri untuk memburu lukisan yang diinginkannya. Apalagi kala itu ia sudah punya bekal dana yang cukup. Ia tak mematok hanya pada pelukis ternama, lukisan para pemula juga diborongnya.

Hong Djien berburu lukisan tidak sebatas di pameran lukisan. Ia juga menyambangi langsung seorang pelukis agar mendapatkan lukisan berkualitas. Hong Djien rela berjam-jam menunggui maestro lukis Indonesia, Affandi, yang sedang melukis seraya mengamati goresan tangan Affandi.

Ia juga dikenal berteman dekat dengan pelukis kondang Widayat. Bahkan,Widayat kerap memintanya memberi komentar terhadap lukisan yang sedang dibuatnya. Sebagai imbalannya Widayat menghadiahinya beberapa lukisan. Kedekatannya dengan sejumlah pelukis ternama membuat ketajaman dan keterampilannya menelisik lukisan kian terasah. Inilah cikal-bakal keahliannya sebagai seorang kurator atau penilai lukisan.

Hong Djien pernah berburu lukisan karya Affandi, Sudjojono dan Widayat hingga Rio de Janeiro, Brasil. Ceritanya, ada mantan Duta Besar Brasil yang saat bertugas di Indonesia gemar mengoleksi lukisan seniman ternama Indonesia. Sayang, koleksi yang berada di Rio de Janeiro itu tak terawat dan malah akan dilelang. Jadilah ia terbang ke ibu kota negeri samba dan memborong 20 lukisan koleksi mantan sang duta besar.

Kini koleksi lukisan hasil perburuannya selama 40 tahun sudah mencapai lebih dari 1.000 buah. Mulai dari karya Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Lee Man Fong, Hendra Gunawan, serta Widayat. Ia juga mengoleksi karya pelukis muda seperti Nasirun, I Made Djirna, Dadang Christanto, Entang Wiharso serta Ivan Sagito. Semuanya terawat dan tersimpan di sebuah museum lukisan pribadi seluas 200 m2 yang didirikan di Magelang pada 1997 silam. Museum yang tidak dibuka untuk umum itu menjadi salah satu sasaran kunjungan para kolektor lukisan dari luar negeri.

Nama Hong Djien sendiri sekarang sudah melambung dan menjadi jaminan kepatenan seorang kolektor maupun kurator lukisan. Ketenarannya bahkan sudah melampaui batas negara dan benua. Pria kelahiran Magelang 66 tahun silam ini sudah berkali-kali didaulat menjadi kurator dalam berbagai lelang lukisan di mancanegara. Ia juga kerap menjadi pembicara dalam sebuah pameran lukisan atau sekadar menggoreskan tulisan sebagai pengantar sebuah katalog lukisan.

Kegemarannya pada lukisan bukan untuk investasi atau berdagang lukisan. Dia hanya rela menjual jika benar-benar sudah tak cinta lagi pada sebuah lukisannya. Sayangnya itu pun jarang sekali dilakukannya. "Ya, paling-paling untuk hadiah perkawinan atau ulang tahun," ujarnya terkekeh.

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
My Ping in TotalPing.com
Feedage Grade B rated
Preview on Feedage: cheap-canvas-art Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki