Akan tetapi apakah tema ‘menunggu’ ini dapat dibaca sebagai ‘narasi tentang kesabaran dan daya tahan’ seseorang terhadap apa yang ditunggu? Bukankah memang, persoalan menunggu adalah persoalan ‘daya tahan’ dan ujian tentang ‘kesabaran’?
Karya lukisannya yang bertajuk “Waiting I”, sesosok dalam pose duduk, tangan kanannya memegang sebatang rokok, dan pada kepalanya sudah bermetamorfosa menjadi jendela kayu, tampak kuno, catnya mengelupas, dan jerujinya (krepyak: sebutan di Jawa) sebagian lepas dan bolong. Warna dalam lukisan itu, termasuk figur yang menjadi jendela itu kemerahan.
Jendela tua itu juga tertutup, gestur tubuhnya seperti menyerah pasrah (nglokro: istilah Jawa). Dominasi kemerahan itu seperti akumulasi dari marah dan menyerah. Apakah karya ini mengisyaratkan tentang batas kesabaran, dan berujung pada kesia-siaan?
Karya lukisannya yang bertajuk “Waiting I”, sesosok dalam pose duduk, tangan kanannya memegang sebatang rokok, dan pada kepalanya sudah bermetamorfosa menjadi jendela kayu, tampak kuno, catnya mengelupas, dan jerujinya (krepyak: sebutan di Jawa) sebagian lepas dan bolong. Warna dalam lukisan itu, termasuk figur yang menjadi jendela itu kemerahan.
Jendela tua itu juga tertutup, gestur tubuhnya seperti menyerah pasrah (nglokro: istilah Jawa). Dominasi kemerahan itu seperti akumulasi dari marah dan menyerah. Apakah karya ini mengisyaratkan tentang batas kesabaran, dan berujung pada kesia-siaan?