Thursday, March 4, 2010

Pameran Seni Rupa “Wouw!”

Ketika Seni Rupa Kontemporer Menampakkan Wajahnya Melalui Komputer
dari
Jogja News

Sebuah pameran seni rupa menarik dihadirkan publik penikmat seni rupa di Yogyakarta oleh Tujuh Bintang Art Space, Selasa (26/2) hingga Minggu (7/3) mendatang. Pada kesempatan pameran perdana di tahun 2010 ini, galeri yang berada di Jalan Sukonandi No.7 Yogyakarta ini menghadirkan ide-ide komikal dalam karya seni visual 23 seniman dari Yogyakarta dan Jakarta yang berpameran.

Tema pameran ini adalah “Wouw” dihadirkan seniman-seniman muda kreatif dua kota besar ini sebagai representasi penciptaan seni visual dari perkembangan teknologi. “Wouw”, menurut Saptoadi Nugroho juga dihadirkan untuk menguji kehebatannya menggabungkan apa yang disebut orisinalitas imajinas dan kreatifitas mendownload ide.

Direktur Tujuh Bintang Art Space ini, karya-karya visula yang ditampillkan pada pameran ini adalah penanda awal jaman kontemporer, ketika dimana segala materi dan media penciptaan ide. Ide penciptaan seni visual dapat digali dari internet , televisi, radio, suirat kabar, film dan komik.

“Pameran ini menjawab tantangan terhadap pertanyaan jika seni visual tak dapat dicerna dengan baik dan seniman tak mampu mendapatkan spesifikasi juga nilai baru untuk mengusung ciri khas personal maka mereka harus siap-siap menerima label sebagai seniman plagiat,” kata Saptoadi Nugroho

Kurator pameran ini, Frigidanto Agung berpendapat ide-ide komikal yang muncul disini merupakan adaptasi terhadap pengaruh seni visual diluar material dua dimensi yang menjadi faktor utama dalam menghilangkan perbedaan memahami karakteristik material dalam menggunakan teknologi atau tidak dapat membuat proses visual obyek.

Dalam bahasa gampangnya, Frigidanto mengatakan pada dasarnya bagaimana membingkai karakteristik komik tetapi secara subyektif, karakter-karakter itu dibuat seniman. “Kalau ketika masuk ke komik kita sudah tidak tahu bagaiamana arahnya. Membingkai karakter tokoh masuk dalam dunia seniman. Seniman melukis sebelum jadi komik. Nah itu biasa kan ada karakternya itu,” kata Frigidanto.

Karya-karya seni visual komikal ini menurut Frigidanto sudah muncul di Amerika tahun 70-an dengan basis low brow art, yang diawal-awal pergerakannya memunculkan seni komik street (komik jalanan yang meminimalisir kata-kata sehingga yang keluar adalah tokoh-tokohnya.

Karya visual
Sebanyak 24 karya komikus ini dibuat oleh seniman-seniman ISI angkatan 2000 dan beberapa kampus seni di Jakarta. Seniman yang hadir berpameran antara lain Sulung, Purnomo, Janu,Restu, Rinarsi Widhi, Rudhiy Atje, Hendra Blangkon, Rudy Lampung, F.Alwatoni, Sarwoto Kothot, Gurit, Riono Tunggul N, PRihatmoko, Yudha Sandy, Tera Bajraghosa, Bondo Teguh, Batman Henry, Bing Mushowir, Saleh Husein, Haoritsa, Gibran Reza, Seno purwanto ADji, Sutrisno.

Menurut Frigidanto, yang dipentingkan, atau ditawarkan sebagai representasi seni rupa adalah adanya pencitraan yang bisa diambil dari sudut apapun terhadap obyek seni visual. Pada karya “Lonely” yang terbuat dari kayu, kaca dan keramik yang membentuk sepatu dengan tulisan lonely di tempat memasukkan kaki ke sepatu itu.

“Gimana sih supaya sepatu mempunyai citra komikal. Kalau ada tulisan yang berada di body sepatu itu sudah selesai, ngga dilihat apapun. Tapi ketika tulisannya diluar. Itu kan ada sesuatu yang ditawarkan,” kata Frigidanto.

Kemudian pada karya berjudul “Wisata Ke Bulan” yang diciptakan Teraa Bajraghosa menghadirkan citra karakter Lara Croft dalam film-film yang telah dibuat dalam berbagai karakter personal. Terra menghadirkan wanita yang mirip seperti Lara Croft dengan celana mini sedang menaiki pesawat untuk berwisata ke bulan dengan segenap peralatan wisata ke bulan.

Sementara Restu Ratnaningtyas menghadirkan gambar komik berseri berjudul “Run Baby Run Seriers” yang menghadirkan cerita komik imajinatif ketika dunia sudah dikuasai robot bahkan ketika robot menjadi penjaja mie ayam sehingga manusia hidup begitu terasing didunia mereka sendiri.

Lukisan bercitra komikal membahas persoalan sosial kota Besar juga dihadirkan Bondho Teguh dari Jakarta yang memamerkan karya berjudul “Happy Moment”. Pada karya ini dhadirkan anak-anak kecil sedang bermain air banjir dijalan yang dilalui kendaraan umum.

“Aku pesimis persoalan banjir di Jakarta akan terselesaikan. Tapi aku disini juga menyampaikan optimisme dengan menghadirkan anak-anak yang bermain di tengah banjir di jalan raya terus ada kendaraan yang tetap berjalan meski banjir. Walaupun kita dalam keadaan susah tapi tetap harus optimis,” jelas Bondo Teguh yang telah setahun terakhir menggeluti fine art jenis ini.

Perkembangan teknologi nampaknya sudah merasuk ke seluruh lini kehidupan manusia, juga pada dunia seni yang kita kenal sangat menjunjung tinggi idealisme. Mencari ide menciptakan karya seni mengandalkan imajinasi pribadi –seperti melakukan pertapaan dll-sudah kian sedikit pengikutnya.

“Tuntutan jaman yang membuat seniman-seniman muda beralih pada cara-cara yang lebih bebas, terbuka dan modern dalam pengembanggan idenya, ini bukan karena para perupa malas atau tak memiliki ide orisinal lagi,” jelas Saptoadi Nugroho. (The Real Jogja/joe)
Ping your blog, website, or RSS feed for Free
My Ping in TotalPing.com
Feedage Grade B rated
Preview on Feedage: cheap-canvas-art Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki