Dari GudegNet
Oleh Joko Widiyarso
Lewat tokoh-tokoh imajinatif dalam komik karya komikus, kita dapat melihat melalui penampakan visual tokoh itu bagaimana gaya bicaranya, perilakunya dan bahkan kepribadiannya.
Lewat tokoh-tokoh imajinatif dalam komik karya komikus, kita dapat melihat melalui penampakan visual tokoh itu bagaimana gaya bicaranya, perilakunya dan bahkan kepribadiannya.
Melalui cara itulah sebuah tokoh komik dapat memasuki wilayah ingatan pembaca. Kekuatan menciptakan tokoh dengan spesifikasi kepribadian yang unik ini menjadi sesuatu yang lain. Citra inilah yang menyebabkan cerita komik itu dikenal.
Dengan dasar itulah sejumlah seniman menggelar pameran 'Wouw' yang mencoba mengadaptasi ide-ide komikal ke dalama karya-karya mereka. Mereka adalah Sulung, Purnomo, Janu,Restu, Rinarsi Widhi, Rudhiy Atje, Hendra Blangkon, Rudy Lampung, F.Alwatoni,Sarwoto Kothot, Gurit, Riono Tunggul N, PRihatmoko, Yudha Sandy, Tera Bajraghosa, Bondo Teguh, Batman Henry, Bing Mushowir, Saleh Husein, Haoritsa, Gibran Reza, Seno purwanto Adji dan Sutrisno.
Melalui tokoh imajiner ini narasi komik digerakan, walaupun cerita itu pada akhirnya bertumpu pada baik atau buruknya tokoh yang tampil tetapi kekuatan cerita yang menyebabkan munculnya mitos dalam kejadian komikal yang tercipta.
"Tokoh antagonis atau protagonis adalah sesuatu yang menggerakan penceritaan lebih jauh. Bagimana tokoh itu tampil dalam tiap adegan adalah citra spesifik yang hendaknya dapat menjadi perhatian, atau titik tumpu kemunculan kedalaman kerakteristik komikal," kata kurator pameran, Frigidanto Agung di Tujuh Bintang Art Space, Minggu (7/3).
Menurutnya, ide-ide komikal yang muncul disini merupakan adaptasi terhadap pengaruh seni visual diluar material dua dimensi yang menjadi faktor utama dalam menghilangkan perbedaan. Serta memahami karakteristik material dalam menggunakan teknologi atau tidak dapat membuat proses visual obyek.
"Pada dasarnya bagaimana membingkai karakteristik komik tetapi secara subyektif, karakter-karakter itu dibuat seniman. Ketika masuk ke komik kita sudah tidak tahu bagaiamana arahnya. Membingkai karakter tokoh masuk dalam dunia seniman. Seniman melukis sebelum jadi komik. Nah itu biasa kan ada karakternya itu," tandasnya.
Frigidanto menambahkan, karya-karya seni visual komikal sudah muncul di Amerika tahun 70-an dengan basis low brow art, yang diawal-awal pergerakannya memunculkan seni comic street atau komik jalanan yang meminimalisir kata-kata sehingga yang keluar adalah tokoh-tokohnya. Kehadiran sensasi dari citra tokoh dapat disajikan secara utuh menjadi obyek lukisan yang demikian kuat, seiring kapasitas tokoh dalam peristiwa yang terjadi ditengah penceritaan.
"Kehandalan tokoh cerita dalam satu peristiwa adalah nialai kehadiran dalam penceritaan yang dapat dicermati sebagai keunikan mengupas masalah dalam pesan yang hendak disampaikan sang komikus. Disinilah titik obyektif dimana tokoh baik antagonis atau protagonis mendapatkan posisinya," katanya.
Visual-visual itulah yang dapat dijadikan obyek yang lebih dalam untuk membentuk reaksi antara keduanya menjadi sesuatu yang lebih dalam. Karakteristik masing-masing saling mengisi dalam satu ruang yang tidak terdapat celah dalam membuat situasi lebih jauh lagi, karena pendekatan obyektif yang harus ditunjukan dalam visual yang lebih jelas. Kekuatan inilah yang diperinci menjadi obyek yang jelas, detail dan situasional.
Pameran kolaborasi antara seniman muda kreatif asal Jogja dan Jakarta ini digelar pada 26 Februari hingga 7 Maret di Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta. Pameran ini menghadirkan sekitar 24 karya seni visual dari 23 seniman yang berpartisipasi dalam pameran tersebut.